Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Tersungkur, Pengusaha Keramik PHK Karyawan

Kompas.com - 27/08/2015, 15:47 WIB
Kontributor Probolinggo, Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat omzet perajin keramik natural Kinasih di Kelurahan Cangkring, Kanigaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur, menyusut drastis.

Biaya produksi membengkak karena sebagian bahan baku menggunakan bahan impor, sementara pemilik usaha tidak berani menaikkan harga karena khawatir ditinggal para pelanggan. Pasalnya, usaha yang telah dirintis sejak 14 tahun lalu oleh Edi Cahyo Purnomo ini mengalami penurunan omzet signifikan hingga 40 persen. Biaya bahan baku yang sebagiannya menggunakan bahan impor seperti pewarna dan lem perekat membuat biaya produksi membengkak.

”Harga bahan baku impor saat ini naik mendekati 10 persen dibandingkan harga sebelumnya, padahal harga bahan dasar lokal berupa tanah liat andesit, semen serta LPG juga tinggi," katanya, Kamis (27/8/2015).  

Edi menambahkan, sebelumnya dalam sebulan industri berbagai olahan keramik miliknya mampu menembus omzet Rp 20 juta. Namun kini setelah rupiah tersungkur, omzet hanya sekitar Rp 16 juta saja.

Guna menyiasati agar usahanya tetap bertahan, mantan buruh pabrik yang terkena PHK ini terpaksa memangkas jumlah karyawan dari 27 menjadi 21 orang. Selain itu, Edi selalu berusaha mencari model terbaru yang tidak populer di pasaran dengan biaya produksi rendah agar usahanya tetap produktif.

Berbagai bentuk keramik yang produksi Kinasih di antaranya berupa tempat lilin, dupa, tempat air minum minerial, vas bunga hingga miniatur sepatu bernilai seni tinggi dengan kisaran harga Rp 50.000 hingga 500.000 per potong.  

Selain dipasok ke sejumlah daerah di Indonesia, keramik hias Kinasih juga dikirim ke luar negeri, seperti Malaysia dan Eropa.

"Saya berharap kondisi ekonomi dan kurs kembali normal agar usaha kami juga normal," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com