"Kami melihat saat ini makanan dan jajanan, seperti diberitakan media, banyak dicampur dengan boraks dan formalin oleh pedagang tak bertanggung jawab, maka muncullah ide membuat alat pendeteksi boraks dan formalin karena dua bahan ini sering disalahgunakan," kata Citra, Rabu (26/8/2015).
Pendeteksi boraks dan formalin karya siswi MAN 2 Kota Bengkulu ini sangat sederhana, yakni lidi atau tusuk gigi berbahan dasar bambu yang banyak tersedia di pasaran.
"Tusuk gigi itu kami baluri selama 30 menit dengan kunyit yang sebelumnya telah dihaluskan," kata Sumaria.
Tusuk gigi yang telah dibaluri oleh kunyit dan beberapa bahan alami lain tersebut, apabila tersentuh dengan bahan makanan mengandung boraks dan formalin, akan berubah warna menjadi merah bata.
"Jika makan bakso, tempe, tahu, tusukkan saja tusuk gigi itu ke makanan itu, jika makanannya mengandung boraks atau formalin, ia akan berubah warna menjadi merah bata," tambah guru pendamping bidang studi Kimia MAN 2 Kota Bengkulu, Weniarti.
Weniarti mengungkapkan, sejauh ini hasil temuan para siswanya itu tak banyak diketahui oleh masyarakat umum, dan hanya tersimpan di laboratorium sekolah. Dia lalu menegaskan bahwa bahan baku pendeteksi boraks dan formalin berasal dari tumbuhan alami.
Sementara itu, selain menciptakan bensin dari limbah plastik serta tusuk gigi pendeteksi boraks dan formalin pada makanan, para siswa Sekolah MAN 2 Kota Bengkulu juga menciptakan parfum dari beberapa sari bunga.
"Kami banyak hasil temuan dari para siswa, ada AC yang dibuat dari bahan sederhana dan ramah lingkungan, penyedap rasa alami, dan lainnya. Siswa juga sedang menyelesaikan riset pendeteksi gempa sederhana. Harapannya, hasil temuan berguna untuk masyarakat," ungkap Weniarti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.