Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Botol Miras Jadi Pernak-pernik di Tangan Pemuda Arcamanik

Kompas.com - 19/08/2015, 16:35 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Botol minuman keras yang kerap dianggap sebagai sampah ternyata memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di tangan para pemuda-pemudi Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, beragam botol miras bisa berubah menjadi pernak-pernik dengan harga jutaan.

Beragam kerajinan dari botol beling seperti lampu taman, gelas unik, toples, lampu tidur, asbak dan beragam hiasan lainnya. Uniknya, para pemuda itu membuat berbagai kerajinan di rumah dinas camat Arcamanik.

Lantaran tak digunakan, rumah dinas tersebut dimanfaatkan dan dirubah menjadi Rumah Kreatif. Anak muda tersebut mengumpulkan puluhan botol minuman keras dengan cara mendatangi sejumlah tempat hiburan malam di Kota Bandung.

"Untuk bahan baku, kami mendatangi tempat hiburan malam. Kami bawa karung untuk ngambil botol-botol itu. Awalnya kerajinan hanya dari bungkus kopi, tapi ternyata botol minuman juga punya nilai jual yang tinggi," kata Milki Hafid, bagian pemasaran Rumah Kreatif saat ditemui di Kecamatan Arcamanik, Jalan Cisaranten Kulon, Kota Bandung, Rabu (19/8/2015).

Bahkan, kata Milki, beberapa hasil karya anak-anak Rumah Kreatif sudah mulai mendunia.

"Saya sudah masukin ke Bottlehood, sebuah komunitas pengrajin botol di California, Amerika Serikat. Alhamdulillah responsnya bagus. Harganya beragam mulai dari puluhan ribu sampai jutaan," ujarnya.

Kreativitas pemuda Arcamanik terus diasah oleh seorang seniman bernama Andi Yuliandi (53). Andi sudah memberikan pelatihan kerajinan tangan bagi sekitar 50 pemuda di Kota Bandung. Andi merupakan orang di belakang layar yang melahirkan ide tersebut.

Dia mengisahkan, ide tersebut tercetus saat dia tengah berada di sebuah tempat hiburan malam. Andi yang sehari-hari berprofesi sebagai penyanyi kafe, sering menemukan botol minuman keras berserakan dan dibuang.

"Kalau pas istirahat saya lihat banyak botol minuman. Istri saya bilang, kenapa tidak diambil dan dijadikan kerajinan. Saat itulah ide membuat kerajinan dari botol muncul," ungkapnya.

Menurut Andi, kerajinan dari botol bekas mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi.

"Cara menghaluskan botol yang sudah dipotong itu susah harus sabar. Dan paling penting mencurahkan ide itu sendiri yang paling sulit. Karena kan kita dapat botol itu ngambil yang bekas. Kalau gagal, mungkin belum tentu bisa nemu botol seperti itu lagi," ujar Andi.

Dia mengatakan, tidak semua botol minuman bisa dijadikan pernak-pernik. Biasanya, dia menggunakan botol miras produksi luar negeri karena cenderung lebih tebal dari botol buatan lokal.

"Beda bahan botol luar sama botol buatan lokal, kalau lokal gampang pecah," kata lulusan sekolah tinggi ilmu pertanian tersebut.

Andi tak menampik banyak yang meminta karyanya dipasarkan. Bahkan sejumlah wisatawan dari mancanegara meminta Andi untuk mengirimkan hasil karyanya.

"Bahkan ada tawaran ke Belanda untuk ikut festival kesenian gitu. Tapi tidak ada dananya," keluhnya.

"Untuk produksi sendiri kita terkendala sumber daya manusia. Makanya saya latih anak-anak Arcamanik agar lebih kreatif dan tidak memandang sepele barang bekas," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com