Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bah Ibing, Sang Penunggu Makam Inggit Garnasih...

Kompas.com - 18/08/2015, 10:55 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Banyak hal yang dilakukan orang untuk menghormati jasa para pahlawan bangsa. Namun, tak banyak orang yang rela mengabdikan separuh hidupnya untuk menjaga nilai dan sisa-sisa perjuangan para pahlawan.

Itulah yang hingga kini masih dilakukan Oneng Rohiman, atau yang akrab disapa Bah Ibing (karena rupanya menyerupai budayawan sunda, Kang Ibing). Oneng adalah pengagum salah tokoh nasional yang belum diberi gelar pahlawan, Inggit Garnasih, istri kedua dari presiden Indonesia pertama, Soekarno.

Saking cintanya terhadap sosok Inggit, Oneng pun mengorbankan sepenggal kehidupannya untuk mengurus makam Inggit Garnasih. Inggit wafat pada 13 April 1984 pada usia 96 tahun. Inggit dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Porib, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.

Makam Inggit terletak di tengah komplek pemakaman Porib, ditempatkan khusus di bangunan seluas sekitar 7x4 meter dikelilingi pagar tembok. Di area tersebut juga terdapat makam tiga kerabatnya, salah satunya anak angkat Inggit, Ratna Juami.

Di mata Oneng, Inggit merupakan sosok vital dalam tonggak sejarah perlawanan Bangsa Indonesia. Inggit adalah pendamping Soekarno saat dalam masa pengasingan. Inggit pula yang menjadi sosok di belakang layar saat menyelundupkan koran dan buku sebagai kebutuhan informasi bagi Soekarno saat terkurung di Penjara Banceuy.

Atas usahanya itu, Soekarno mampu menyelesaikan pledoi (pembelaan) yang berjudul 'Indonesia Menggugat'. Pidato itu juga yang menjadikan Soekarno dijuluki 'Singa Podium'.

"Saya di sini karena beliau orang baik. Orang terbaik di Bandung. Beliau memperjuangkeun Bangsa dan Negara tanpa pamrih. Buat saya dia sosok hebat yang terlupakan," kata Oneng yang sudah 15 tahun menjaga makam Inggit Garnasih, Selasa (18/8/2015).

Demi membalas jasa perjuangan Inggit Garnasih, Oneng senantiasa selalu menjaga kebersihan makam. Dalam sehari, Oneng bisa sampai tiga kali menyapu dan mengepel makam. Dia mengakui, banyak peziarah yang datang untuk sekadar mengingat jasa Inggit.

"Banyak yang ziarah, dari Sumatra, Bengkulu, Samosir, dan Makasar. Tadi malam ada yang datang dari Surabaya. Tapi sekarang sudah kurang, hanya para penggemar Ibu Inggit saja yang datang," ucap Oneng.

Menurut Oneng, beberapa kerabat dari Soekarno pun kerap datang. "Soekmawati sama Rahmawati pernah datang sekali," kata Oneng.

Tiap kali peziarah datang, Oneng kerap menyuguhkan secangkir kopi atau teh. Hal itu merupakan kebiasaan Inggit yang dia tiru untuk membuat tamu betah saat berkunjung. "Ibu Inggit itu orangnya sangat senang menyuguhkan minuman atau makanan. Dulu pas banyak kawan-kawan Soekarno datang ke rumahnya, Inggit selalu memberikan kopi atau teh," ujar dia.

Dia mengisahkan, pada awal tahun 2000-an, makam Inggit sempat hampir roboh karena luput dari perhatian Pemerintah. Namun, atas bantuan dari para pengagum Inggit, bangunan makam yang semula terbuat dari bambu dan bilik, diubah menjadi permanen.

"Banyak yang membantu renovasi area makam. Mereka yang merasa punya utang budi banyak sama Ibu Inggit, seperti Pak Cipto, Endang Karman, dan para pengagum Ibu Inggit yang peduli," tutur dia.

Atas pengabdiannya, Oneng pun digaji sebesar Rp 750 ribu tiap bulan oleh Dinas Parawisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Namun, bagi Oneng uang bukan prioritas. "Saya hanya ingin menjaga sisa-sisa sejarah Bangsa. Sekarang sok tanya anak sekolah, pada tahu tidak lokasi makam Ibu Inggit? Anak sekarang sudah jauh dengan sejarah," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com