Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Blusukan" ke Lahan Kekeringan, Menteri PU Dikira Mentan

Kompas.com - 11/08/2015, 17:19 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Ada hal menarik ketika Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyo melakukan blusukan ke lahan kekeringan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2015). Tak lama setelah tiba di lahan tersebut, Menteri Basuki justru dipanggil sebagai menteri Pertanian, bukan Menteri PU-Pera.

Pnggilan itu dilontarkan oleh puluhan warga Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringan, Grobogan. Kesalahan sebut jabatan Basuki itu kiranya wajar. Pasalnya, Basuki blusukan ke lahan pertanian tadah hujan yang notabene wilayah garapan menteri Pertanian.

"Menteri pertanian yang mana ya," tanya seorang wanita paruh baya yang menanti kedatangan Basuki. Setelah dijelaskan yang datang adalah Menteri Pekerjaan Umum, warga baru mengerti.

Dalam blusukannya, Basuki tampil mengenakan seragam kemeja putih, celana biru, dan bersepatu pantopel. Dia beserta jajaran Direktorat Sumber Daya Air juga mengenakan pakaian yang sama, hanya Basuki mengenakan topi penutup kepala berwarna biru.

Saat tiba di lahan kering, Basuki turun dari mobil dan langsung melihat hamparan sawah 50 hektar yang sudah tidak ditanami padi lagi. Ia juga bertanya pada warga alasan lahan tersebut tidak bisa teraliri air.

Koordinator kelompok tani Sri Rejeki, Edi Suyono mengatakan, warga tidak bisa bercocok tanam akibat lahan mereka tadah hujan. Lahan di sekitar sudah dilalui jalur irigasi, namun bendungan yang berada di sekitar Ngaringan sudah mengering.

"Bendung Dumpil ini sudah kering malah dibuat pertanian. Jadi luasan lahannya menyempit, sedimentasinya juga tinggi," ujar Edi.

Setelah berdialog, Basuki akhirnya menyatakan akan mempercepat proses pembangunan Bendung Dumpil. Hal itu dilakukan agar lahan warga yang awalnya tadah hujan bisa menjadi lahan irigasi. Untuk sementara, langkah yang mudah mengatasi kekeringan adalah dengan membangun embung, karena tinggal menerima tampungan air dari Sungai Musi.

"Nanti di sini coba dibuat beberapa embung. Di sini (Ngaringan) tidak bisa ditanam padi karena tidak ada saluran air dari Waduk Kedung Ombo. Salurannya hanya dari Sungai Musi," ujar Basuki.

Untuk jangka menengah, Edi menyatakan Kementerian PU akan melakukan normalisasi Bendung Dumpil pada tahun 2016 nanti. Pihaknya sementara ini akan berfokus pada proses pembebasan lahan.

"Nanti akan dibangun sistem irigasi Bendung Dumpil, karena ada Sungai Serang dan Lusi. Selain itu, ada juga beberapa potensi tampungan, Embung Tirto dan Embung Coyo. Akan dikerjakan 2016 ini," tambah Basuki.

Dalam kesempatan itu, Basuki sempat melihat dan berdialog dengan warga yang mengambil air menggunakan diesel. Menurut warga, untuk mengairi air 0,5 hektar pakai mesin diesel dibutuhkan waktu 20 jam dengan bahan bakar bensin. Basuki pun berceloteh bahwa diesel adalah mainannyaya semasa kecil.

"Ini dolanan saya (diesel) di Gemolong. Bener," ucap Basuki sembari menunjuk diesel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com