"Saya mengambil orderan di seputar Kuta Selatan saja agar bisa jemput anak les dan sekolah," ujar perempuan yang kerap disapa Sofi ini, Kamis (6/8/2015).
Dia mengatakan, sebelum bergabung dengan Go-Jek, Sofi selalu menunggui anaknya yang kala itu sedang les ataupun sekolah. Oleh karena itu, dia terpikir untuk bergabung dengan Go-Jek agar bisa menghasilkan sesuatu selama menunggui anaknya.
"Saya menunggu anak les sekitar 1,5 jam. Kalau sekarang bisa ditinggal untuk nge-gojek," ujarnya.
Selama 1,5 bulan bergabung dengan Go-Jek, dia sudah memperoleh penghasilan sekitar Rp 1,5 juta.
Sofi mengaku lebih suka mengambil order jenis "Go-Food" atau antar jemput karena memiliki pengalaman tak mengenakkan saat mengambil order shopping. Saat itu, Sofi sudah menghubungi pemesan, tetapi tidak diangkat teleponnya.
"Saya kapok mengambil shopping. Dulu pernah melayani satu orang sampai muter-muter di Kerobokan hingga satu jam. Alamatnya tidak jelas," ucapnya.
Sementara itu, Co Founder CFO Go-Jek Kevin Aluwi mengatakan, dari 20.000 pengemudi Go-Jek yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, hampir satu persen di antaranya adalah pengemudi perempuan. Dari 1.000 pengemudi di Bali, ada 200 pengemudi perempuan.
"Kami tidak ada program untuk khusus driver wanita menjemput pelanggan wanita karena selama ini tidak ada yang komplain," ujar Kevin.
"Kami tidak mempermasalahkan siapa pun menjadi driver asalkan memenuhi syarat. Ya harus sopan, mau bekerja keras, dan fokus melayani," ujarnya.