"Sebagian sudah berhasil saya baca dan terjemahkan, tapi masih ada yang belum," jelas Joko, Rabu (5/8/2015) siang.
Joko menerangkan, dari sebagian yang telah dibacanya, prasasti yang ketiga ini berisi tentang penetapan tanah Sima atau tanah perdikan yang digunakan untuk membangun tempat ibadah atau candi. Sima merupakan tanah raja yang pilih atau dialihfungsikan.
"Ini lebih membahas soal penetapan tanah Sima untuk membangun candi, yang sekarang diberi nama oleh BPCB sebagai Candi Kedulan," ucapnya.
Lanjut dia, saat ini pihaknya masih meneliti alasan-alasan penetapan tanah Sima sebagai lokasi pendirian tempat ibadah umat Hindu. Kemungkinan besar alasan itu terkandung di kalimat-kalimat selanjutnya yang belum diterjemahkan.
"Alasan-alasannya masih kita cari, termasuk penulisnya. Biasanya penulis prasasti ada di bagian bawah," tandasnya.
Dosen Arkeologi UGM ini menambahkan, dibandingkan dua prasasti yang ditemukan lebih dulu, prasasti yang ketiga ini lebih komplet. Sebab, dua prasasti sebelumnya hanya menceritakan perihal pembuatan bendungan, tidak membahas soal candinya.
"Ini lebih komplet dan lebih sulit, bukan karena tulisannya, tapi karena kondisi fisiknya," ujarnya.
Ia berharap prasasti ini juga menuliskan siapa orang yang membangun candi dan siapa yang menulis prasasti tersebut.
Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta Wahyu Astuti menambahkan, temuan di Candi Kedulan ini tergolong istimewa. Sebab, dalam satu situs candi terdapat tiga prasasti.
"Satu candi ada tiga prasasti, ini yang istimewa. Saya kira tiga prasasti ini saling berkaitan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.