Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Ganjar Buat Tawa Warga Penolak Pabrik Semen Meledak

Kompas.com - 04/08/2015, 20:01 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com – Tawa puluhan warga penolak pendirian pabrik semen di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, meledak seketika di ruang kerja Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Selasa (4/8/2015) sore, setelah leluasa berbincang dan menyampaikan unek-unek kepada Ganjar.

Semula, puluhan warga ini bersama ratusan warga lainnya melakukan protes keras dengan menggelar aksi blokade jalan di Pantura Pati (23/7/2015) hingga menyebabkan akses ekonomi terhenti.

Wajah garang mereka saat menolak pendirian semen di jalanan seketika berubah senyum ketika berada di ruangan. Di awal pertemuan dengan Ganjar, puluhan warga secara bergantian menyampaikan unek-uneknya. Mereka pada umumnya menolak rencana pendirian pabrik semen. Berbagai alasan pun diungkapkan, hingga prinsip “pokoke” tidak boleh dibangun dengan alasan apapun disampaikan.

Asmuri, warga Tambakromo, misalnya. Ia mengkhawatirkan lahan pertanian yang miliknya akan berubah menjadi jalan menuju lokasi pabrik. Ia tak ingin sawahnya sebanyak tujuh kotak itu dibangun untuk jalan.

“Kalau dijual trus kemana? Saya ingin menggarap sawah ini sampai saya wariskan ke anak cucu. Saya juga ingin melindungi wilayah Pati Selatan ini,” keluhnya.

Ganjar pun menimpali seketika.

“Lha sampun disade dereng tanahe? (Sudah dijual atau belum tanahnya?” tanya Ganjar.

“Belum,” jawab Asmuri.

“Kalau belum kan berarti masih rencana. Masa bangun tidak melalui proses pembelian dulu,” timpal Ganjar.

Warga lain yang mendengar pun mulai tertawa dengan jawaban orang nomor satu di Jawa Tengah ini. Lain Asmuri, lain pula Darwati. Perempuan yang mengaku sebagai buruh tani ini khawatir jika pabrik semen dibangun akan berdampak pada penghasilannya. Saat ini, di kawasan Kendeng lahan pertaniannya bagus sehingga dia bisa bekerja sebagai buruh tani.

“Kalau nanti dibangun semen, saya cari makannya gimana pak. Pokoknya pabrik semen itu tidak boleh dibangun,” kata Darwati.

Ganjar pun seketika menimpali bahwa rezeki itu urusan Tuhan yang Maha Kuasa.

“Kalau seumpama pabrik jadi, Anda mau kerja disana? Kan sama-sama dapat upah, bisa saja lebih besar penghasilannya,” ujar Ganjar.

Hal sama disampaikan Mahdi Karsidi. Dia ingin pabrik semen itu tidak dibangun, karena khawatir akan terjadi seperti bencana lumpur Lapindo. Ia tak ingin daerahnya yang subur pertanian beralih menjadi lahan yang tidak produktif karena diganti dengan penambangan.

“Kami ingin sedia payung sebelum hujan. Demo-demo kemarin sampai hari ini habis uangnya banyak, itu kami urunan sendiri-sendiri. Kami ingin mencegah bencana itu,” sambungnya.

Ganjar pun berceloteh.

“Berarti butuh payung banyak,” ungkap Ganjar.

Setelah semua warga menyampaikan unek-uneknya, Gubernur gantian bercerita soal perjuangannya mengawal proses pendirian pabrik semen. Ia ingin warga berparitisipasi aktif dalam mengawal proses pembangunan.

“Ketika itu Amdal disusun, saya beritahu orang-orang lama menolak. Ini lagi ada Amdal, silahkan dikawal. Ikut didalamnya, suarakan aspirasi anda. Jangan tiba-tiba menolak,” tambahnya.

Perbincangan mereka dilakukan dengan santai disertai dengan tawa riang. Tak ada wajah ganas selaiknya aksi mereka di jalanan. Waktu satu jam bagi Ganjar sudah cukup kesah memberikan mereka senyum di wajahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com