Suguhan musik dan tarian yang dikenal warga lokal dengan sebutan candoleng-doleng ini justru tumbuh dan berkembang luas dari pedalaman ke pedalaman, hingga pulau-pulau di sekitar Polewali Mandar.
Salah satu aksi tersebut ditemukan di Pulau Battoa, saat ada pesta hajatan perkawinan, Senin (3/8/2015) malam. Di awal pertunjukan, para biduan itu tampil sangat santun dengan balutan pakaian panjang, diiringi musik bernuansa agamawi.
Namun siapa sangka, saat malam semakin larut, biduan-biduan yang semula tampil alim itu berubah menjadi berani dan mengumbar syahwat di depan penonton. Tak cuma orang dewasa, di antara ratusan penonton yang memadati area di sekitar panggung pada malam itu juga terdapat anak-anak.
Pertunjukan dimulai ketika jarum jam menunjuk ke angka 10.00 malam. Para gadis tersebut mulai tampil solo dengan busana yang minim. Sejurus dengan itu, puluhan pemuda dan bahkan orang tua mulai memberikan uang untuk sawer mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 100.000.
Berdasarkan pengakuan pengelola organ tunggal di Polewali, mereka memang lebih berani menggelar pertunjukan di pedalaman dan pulau-pulau karena dirasa relatif aman dari protes warga yang tidak setuju.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.