Namun, dia lalu mengungkapkan beberapa sebab mengapa dia menghilang dan menolak menandatangani formulir kesiapan sebagai calon wakil wali kota. Salah satunya adalah karena dia menolak disebut sebagai "calon boneka".
Haris mengaku masih memiliki harga diri dan menolak disebut sebagai "calon boneka". "Saya tidak terima disebut 'calon boneka', apalagi saat itu saya dihubungi keluarga saya dan meminta saya membatalkan pencalonan," kata dia ketika dihubungi pada Selasa (4/8/2015) pagi.
Haris pun membantah tudingan bahwa dia dan Dhimam Abror, pasangannya, hanya bermain-main dalam Pemilihan Wali Kota Surabaya. "Kami akan buktikan nanti pada 2017 bahwa kami berkomitmen untuk mengembangkan Surabaya," ujar Haris.
Kedatangan Haris kembali ke Kantor KPU Surabaya kemarin ditunggu hingga pukul 24.00 WIB. Namun, dia tak datang. Sesuai dengan aturan, kedua pasangan ini dianggap tidak mendaftar karena tidak melengkapi syarat administrasi wajib yang harus dipenuhi saat pendaftaran. Salah satunya ialah mengisi formulir kesiapan pasangan calon.
Sebelumnya diberitakan, pasangan bakal calon wali kota Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana sempat akan mendapat penantang pada pilkada 9 Desember mendatang. Pasangan Dhimam Abror-Haris Purwoko sudah datang mendaftar ke KPU Surabaya, kemarin.
Namun, menurut anggota KPU Surabaya Purnomo Satriyo Pringgodigdo, karena hanya ada calon tunggal, Pemilihan Wali Kota Surabaya dipastikan akan diundur dan digelar pada 2017. "Kami masih akan menggelar rapat pleno soal hal ini," ujar dia.