Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Mandi Satu Kali Sehari Hanya dengan Empat Gayung Air

Kompas.com - 01/08/2015, 19:20 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Kekeringan yang melanda sebagian wilayah pegunungan Menoreh, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, membuat warga setempat harus berjuang untuk mendapatkan air bersih.

Tidak jarang mereka harus berjalan belasan kilometer menuju sumber mata air di sekitar dusun, lalu mengantre berjam-jam untuk sekadar mendapatkan 1-2 jerigen air. Demi menghemat air, warga terpaksa mandi hanya dengan empat gayung air.

"Kalau mandi cukup sehari sekali, itu pun hanya empat gayung, membersihkan badan sekedarnya saja. Karena memang tidak cukup," kata Mantep, seorang warga Dusun Wonolelo, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, di sela-sela mengantre air di sebuah mata air dekat dusun itu, Sabtu (1/8/2015).

Warga rela menunggu hampir satu jam untuk mengisi air bersih ke dalam sebuah jerigen ukuran sedang sampai penuh. Debit air yang mengalir dari pipa yang terhubung dengan sumber mata air itu sangat kecil.

"Setiap malam kita sudah mengantri jerigen di sini (sumber mata air), masing-masing kepala keluarga hanya boleh ngantri maksimal tiga jerigen. Untuk satu jerigen saja lama penuhnya, karena air mengalir sangat kecil," kata Sainem (76), warga setempat yang juga turut antre.

Sumur mengering

Menurut Sainem, musim kemarau panjang mengakibatkan sumur-sumur warga mengering. Kondisi tersebut dirasakan warga sejak dua bulan terakhir. Warga pun harus ekstra hemat dalam penggunaan air, terlebih air bersih yang digunakan untuk konsumsi.

"Kami harus hati-hati waktu mengisi, jangan sampai tumpah, setetes air bersih bagi kami sangat berharga," timpal Mantep.

Menurut dia, air bersih yang berhasil dikumpulkan di jerigen akan ditampung di bak-bak yang telah disiapkan di rumah masing-masing. Air itu biasa digunakan untuk keperluan konsumsi dan mandi saja. Sedangkan untuk mencuci pakaian, warga biasa memanfaatkan air di pemandian umum yang kondisinya sudah keruh.

Ketua RW 004 Dusun Wonolelo, Edi Wahyono, mengungkapkan, setidaknya ada lima sumber mata air yang ada di sekitar Dusun tertinggi di pegunungan Menoreh ini. Namun setiap musim kemaru tiba, sumber mata air terus menyusut dan menyisakan hanya satu sumber mata air.

Menurut Edi, puncak kekeringan biasanya terjadi pada bulan Oktober - November setiap tahun.

"Kita sudah mengajukan pemohonan bantuan air bersih kepada Pemerintah Kabupaten Magelang. Sudah direalisasikan sebulan lalu. Droping  (pengiriman) air setiap seminggu sekali. Bantuan ini cukup membantu kami," ucap Edi.

Ia menyebutkan, Dusun Wonolelo dihuni sekitar 245 jiwa dari 84 Kepala keluarga (KK). Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai petani lahan kering yang ditanami tanaman singkong dan tembakau. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com