Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Tolikara: Tolonglah Lihat Kami...

Kompas.com - 31/07/2015, 09:12 WIB

KOMPAS.com - "Tolonglah lihat kami...," begitulah teriakan warga Kabupaten Tolikara, Papua, yang ditemui akhir minggu lalu. Kondisi penduduk di kabupaten itu saat ini memprihatinkan. Daerah yang dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya tahun 2002 itu adalah sisi gelap dari kekayaan Papua yang melimpah.

Suasana hening menyergap di depan gedung agen pemasok minyak subsidi (APMS) di jalan Trans-Tolikara- Puncak, Distrik Wenam, Tolikara, pekan lalu. Lahan seluas sekitar 4.500 meter persegi itu dikelilingi seng. Di dalam gedung APMS tampak tiang-tiang tempat pengisian bensin telah berkarat. Di samping tempat itu ada sebuah rumah yang dihuni warga setempat.

Keterangan dari Humas Pemerintah Kabupaten Tolikara, tak ada lagi aktivitas pengisian bahan bakar minyak (BBM) di APMS itu dalam tiga tahun terakhir. Padahal, tempat itu adalah satu-satunya tempat pengisian bensin bersubsidi di Tolikara. Akibatnya, warga tidak bisa membeli BBM dengan harga lebih murah seperti di Jayapura.

Dari pengamatan Kompas di sejumlah tempat pengisian BBM eceran di Jalan Irian, Jalan Lingkar Karubaga, dan Jalan Kogome, harga bensin dan solar per liter Rp 25.000. Pedagang di Karubaga, ibu kota Tolikara, mendatangkan BBM dari Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, menggunakan jalur darat.

Biasanya mereka membeli satu drum bensin, minyak tanah, dan solar. Setiap drum berisi sekitar 200 liter dihargai Rp 4,2 juta. "Apabila terjadi kelangkaan BBM di Wamena, harga bensin dan solar meningkat, di atas Rp 30.000 per liter," kata Fatahwari, penjual bensin eceran.

Meski mahal, solar dan bensin sangat penting bagi warga Tolikara. Sebagian besar penduduk dan instansi pemerintahan menggunakan genset yang memerlukan bensin atau solar untuk mendapatkan tenaga listrik.

Saat warga di Jakarta menikmati lampu berdaya ribuan watt, warga di Karubaga kesulitan mendapatkan listrik. Dari pengalaman selama seminggu terakhir di Karubaga, listrik hanya berfungsi dari pukul 18.00 WIT hingga pukul 05.00 WIT. Setelah itu, listrik dipadamkan selama 13 jam. Pemkab Tolikara hanya memiliki dua mesin pembangkit listrik tenaga diesel, masing-masing berkapasitas 1.000 megawatt.

"Kami mengeluarkan dana Rp 125.000 per hari untuk pembelian bensin sebanyak 5 liter. Genset bisa digunakan hingga lima jam," ujar Peneas Kogoya, pegawai Hotel Andreas Yikwa, di Karubaga.

Warga Tolikara pun sangatlah jarang memakai kompor untuk memasak karena tingginya harga minyak tanah yang mencapai Rp 25.000 per liter. Mereka memakai kayu bakar untuk memasak. Kebanyakan pengguna minyak tanah adalah pemilik rumah makan atau warga dari kalangan ekonomi menengah ke atas, termasuk pegawai negeri sipil dan aparat keamanan.

Pengiriman bahan pangan

Seratus persen bahan kebutuhan pokok di Karubaga, pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis di Tolikara, didatangkan dari Wamena. Perjalanan dari Tolikara ke Wamena, pergi-pulang, melalui jalur darat hanya menggunakan kendaraan sewaan jenis bak terbuka.

Satu kali perjalanan menghabiskan dana Rp 2,5 juta. Jarak tempuh Tolikara ke Wamena mencapai 94 kilometer. Kondisi jalan berlubang dan rawan longsor. Data dari Dinas Pekerjaan Umum Tolikara, 60 persen jalan Trans-Karubaga-Wamena belum diaspal.

"Jalan ini menjadi tanggung jawab Balai Besar Jalan Wilayah X Papua. Setiap tahun, mereka hanya mengaspal 4 kilometer," ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tolikara Edi Rantetasak.

Pengiriman bahan pangan melalui jalur udara masih terbatas. Panjang landas pacu Bandara Karubaga hanya 750 meter dengan lebar 23 meter. Bandara itu tak memiliki apron.

Maksimal pesawat jenis Cesna Caravan yang dapat memasuki Bandara Karubaga. Dalam sepekan hanya ada tujuh kali penerbangan yang menggunakan harga subsidi Rp 375.000 per orang. Penerbangan dengan harga subsidi dilayani oleh maskapai Susi Air dan Dimonim Air.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com