Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Es, Warga Tiga Kampung di Papua Terancam Rawan Pangan

Kompas.com - 13/07/2015, 03:20 WIB
Kontributor Jayapura, Alfian Kartono

Penulis

JAYAPURA, KOMPAS.com – Tiga Kampung di Distrik Agadugume, Kabupaten Puncak Jaya terancam mengalami rawan pangan akibat hujan es yang terjadi dalam dua pekan terakhir. Hujan es yang berlangsung selama 10 hari mengakibatkan tanaman umbi-umbian dan sayuran di kebun warga membusuk dan akhirnya mati.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak, Yafet Magi mengatakan, hujan es mulai terjadi sejak tanggal 1 Juli hingga 10 Juli kemarin. Menurut Yafet, dalam sepekan pertama hujan es tidak deras dan hanya seperti hujan gerimis. Namun, setelah itu hujan es turun berbentuk butiran es padat.

“Awalnya hanya berbentuk hujan gerimis. Tapi setelah tanggal 7 Juli, hujan es berbentuk batu es yang menempel di tanaman. Akibatnya semua tanaman dan rumput-rumputan menjadi layu dan akhirnya mati,” kata Yafet yang dihubungi melalui telepon selulernya, Minggu (12/7/2015).

Dijelaskan Yafet, hujan es terjadi hampir setiap tahun di Kampung Jiwot, Tuput dan Agadugume, Distrik Agadugume yang terletak di wilayah pegunungan tengah Papua. Namun hujan es yang terjadi awal bulan ini berlangsung cukup lama dan yang terburuk karena berakibat tanaman pertanian hingga rumput-rumputan mati.

“Kami mendapat laporan kejadian ini dari warga Agadugume yang kebetulan ke Ilaga, 5 Juli lalu. Saat meninjau langsung ke Agadugume, 7 Juli lalu, kondisinya sudah parah karena tanaman umbi-umbian dan sayur di kebun warga mulai layu karena akarnya membusuk,” ucap Yafet.

Akibat kejadian ini, Yafet khawatir penduduk tiga kampung di Distrik Agadugume yang berjumlah kurang lebih 10.000 jiwa akan mengalami kelaparan akibat gagal panen.

“Mereka hidup dari hasil kebun berupa umbi-umbian dan sayuran, tapi sejak kejadian itu semua tanaman di kebun mereka membusuk dan mati. Mereka sempat menggali tanah mencari umbi-umbian yang tersisa. Tapi yang mereka dapat ubi yang sudah berair dan tidak dapat dimakan,” ujar Yafet.

Terkendala transportasi

Pasca-kejadian ini, Yafet mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Puncak dan sudah sempat mengirimkan bahan makanan dengan dua penerbangan pesawat jenis Pilatus Porter. Namun, menurutnya bantuan itu tak mencukupi mengingat kapasitas angkut pesawat hanya 800 kilogram sekali terbang.

“Kami sudah melaporkan kejadian ini ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, dan kami menunggu bantuan dari mereka khususnya sarana transportasi yang cukup besar dan bisa terbang di medan yang cukup berat,” tutur Yafet.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Puncak, Yuli mengatakan, pihaknya sudah menyediakan bantuan bahan makanan dan obat-obatan untuk warga tiga kampung di Distrik Agadugume. Namun, ia mengaku kesulitan dalam hal transportasi karena landasan pacu di Distrik Agadugume sangat pendek dan hanya bisa didarati pesawat kecil jenis Pilatus Porter.

“Kami sudah mencoba mengajukan permohonan bantuan pesawat Heli milik Kodam XVII Cenderawasih. Namun, kami belum tahu apakah pesawat mereka bisa ke daerah tersebut,” kata Yuli melalui telepon selulernya, Minggu (12/7/2015) malam. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com