Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Tanggap Darurat Gunung Sinabung Diperpanjang

Kompas.com - 12/07/2015, 14:09 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terus menunjukkan keaktifannya. Hingga Sabtu (11/7/2015) kemarin, tercatat terjadi 45 gempa guguran, tremor terus-menerus, dan pertumbuhan kubah lava yang masih tinggi.

Dengan kondisi itu, wilayah di radius 7 kilometer sektor tenggara-selatan dan 6 kilometer sektor timur dari puncak kawah harus dikosongkan.

Pada Minggu (12/7/2015), Bupati Karo Terkelin Brahmana memperpanjang status Tanggap Darurat dari 7 Juli 2015 menjadi 10 Agustus 2015.

Sampai hari ini jumlah pengungsi bencana alam ini tercatat 10.644 jiwa (3.149 kepala keluarga/KK) dari 11 desa yang berada di 10 pos pengungsian. Selain itu juga ada 6.179 jiwa (2.053 KK) dari 7 desa berada di hunian sementara (huntara) menunggu proses relokasi selesai.

Pada Agustus mendatang, 370 KK akan menempati rumah relokasi di Desa Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Setiap KK akan mendapat rumah sederhana yang dibangun di lahan seluas 100 meter persegi.

Mereka merupakan warga Desa Bekerah, Desa Sukameriah, dan Desa Simacem yang selama ini tinggal di posko pengungsian atau rumah yang uang sewanya bantuan pemerintah.

Sementara itu Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan material erupsi dari Gunung Sinabung telah melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat.

Sektor pertanian dan perkebunan adalah sektor yang paling terpukul akibat erupsi. Lahan pertanian dan perkebunan seluas 46.935 hektar rusak berat. Kerusakan terbesar terjadi pada tanaman cabai (1.701 hektar) dan jeruk (1.177 hektar) yang merupakan tanaman paling banyak ditanam petani di Gunung Sinabung.

"Kondisi ini menyebabkan petani gagal panen akibat tanaman hancur. Total kerugian dan kerusakan di sektor pertanian dan perkebunan mencapai Rp 817 miliar," kata Sutopo.

Sejumlah petani yang ditemui Kompas.com mengeluhkan kegagalan panen akibat erupsi Sinabung. Salah satunya Sembiring, seorang petani cabai dan tomat.

"Semua rusak kena abu. Habis sudah tertanam modal di situ, mau panen kena abu lagi. Hancurlah semua," katanya.

Petani lainnya, Boru Bangun, menambahkan, kebanyakan pengungsi mengumpulkan penghasilan mereka selama di pengungsian untuk modal tanam.

Ada yang dari hasil kerja di ladang orang dengan upah Rp 50.000 - Rp 65.000 per hari. Uang tersebut mereka belikan bibit dan pupuk.

"Harapannya, awal puasa dan sebelum lebaran sudah bisa dipanen. Rupanya tak mungkin lagi, habis sudah dibuat abu," katanya sambil mengusap air mata.

"Jangankan memikirkan Lebaran, untuk biaya masuk sekolah ajaran baru ini saja sudah sakit kepala ku," katanya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com