“Anak saya dua orang menderita penyakit infeksi paru-paru, yang perempuan sudah tiga tahun lalu mengalami sakit paru, sedangkan adiknya yang laki-laki setahun lalu juga dinyatakan dokter menderita infeksi paru, apa enggak sedih saya,” kata Evo (38) saat dijumpai di kediamannya, Senin (6/7/2015).
Menurut Evo, kedua anaknya yang menderita penyakit infeksi paru-paru hingga sekarang masih dalam perawatan medis secara rutin karena penyakit yang diderita anaknya itu kambuh setiap bulannya.
“Setiap bulan mereka harus berobat, kadang saat kumat sesak nafas sampai 3 kali harus keluar masuk rumah sakit,” katanya.
Menurut Evo, pemerintah Aceh Barat, dinas terkait serta perusahaan yang melakukan eksplorasi batubara seolah tutup mata dengan penderitaan anaknya.
“Sudah capek kami melakukan protes baik ke pihak perusahaan batubara atau ke pemerintah, tidak ada respon apa-apa sampai sekarang. Mereka dari dulu hanya bisa janji-janji manis saja,” kata Evo.
Tak hanya Aprilia dan Aljabar, dua buah hatinya, Evo mengatakan sejumlah anak lain seusia anaknya juga menderita penyakit infeksi paru-paru.
“Masih banyak anak-anak lain di sini yang menderita infeksi paru paru seperti anak saya. Hampir seluruh warga Desa Suak Indrapuri kini mengeluh mata perih, gatal, batuk, dan sesak nafas”, ujarnya.
Evo berharap, pemerintah Kabupaten Aceh Barat dapat segera memindahkan lokasi bongkar muat batubara dari Pelabuhan Jety Meulaboh ke lokasi yang lebih layak dan jauh dari pemukiman warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.