Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Delapan Ekor Kukang Diamankan dari Pemiliknya

Kompas.com - 06/07/2015, 15:59 WIB
Kontributor Singkawang, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis


PONTIANAK, KOMPAS.com - Satuan Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Bekantan BKSDA Kalbar mengamankan delapan ekor kukang (Nycticebus sp.) dari pemiliknya. Empat ekor diantaranya diamankan saat pameran Mini Zoo di Taman Gita Nanda komplek GOR Pangsuma, Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu.

Empat ekor lainnya diserahkan oleh anggota komunitas kukang hasil dari pengembangan petugas. Komandan SPORC Brigade Bekantan, David Muhammad mengatakan, kukang yang diamankan tersebut merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang.

Berdasarkan aturan International Union for Concervation of Nature (IUCN), kukang termasuk dalam kategori Vulnerable (rentan) hingga endangered (terancam). David menjelaskan, dalam patroli yang dilakukan di Mini Zoo pada Kamis (2/7/2015) yang lalu, turut diamankan dua pemilik yakni ED yang merupakan ketua Komunitas Kukang Kalimantan Barat, serta IY anggota komunitas.

Dari hasil pengembangan, IY yang berperan sebagai pencari dan penjual kukang untuk kebutuhan anggota komunitas.

"Dari hasil temuan di lapangan, pelaku ED menyimpan satu ekor kukang jantan di dalam tas ransel nya. Sedangkan IY kedapatan memperdagangkan tiga ekor kukang, yaitu dua ekor kukang betina dan satu ekor kukan jantan. Total ada empat ekor yang kita amankan dari TKP " kata David, Senin (6/7/2015).

Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Ir.Sustyo Iriono mengungkapkan, dari hasil temuan tim SPORC tersebut, pihaknya kemudian melakukan pengembangan dan melakukan identifikasi terhadap pelaku, saksi dan barang bukti di lapangan.

Setelah yakin ada terjadinya pelanggaran, petugas dengan cepat mengamankan pelaku beserta barang bukti ke Markas SPORC di Jalan Trans Kalimantan, Kubu Raya.

"Pelaku saat ini masih dalam proses penyidikan untuk mengungkap pelaku lainnya yang terlibat dalam penjualan kukan tersebut" ujar Sustyo.

Selanjutnya, kata Sustyo, penanganan dan perawatan satwa-satwa tersebut dibantu oleh Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi satwa Yayasan Inisiasi Alam rehabilitasi Indonesia (YIARI). Kedelapan ekor kukang tersebut nantinya akan dititip rawatkan ke pusat rehabilitasi YIARI di Ketapang, Kalimantan Barat.

"Kukang tersebut akan direhabilitasi untuk mengembalikan sifat liarnya. Kukang merupakan hewan nocturnal yang beraktivitas dimalam hari," ungkap Sustyo.

Sementara itu, Direktur Program YIARI, Karmele L Sanchez mengatakan butuh waktu lama, tenaga serta biaya besar untuk mengembalikan sifat liar kukang yang telah lama dipelihara manusia. Menurut dia, kukang harus menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan, proses karantina, proses rehabilitasi, barulah kemudian bisa dilepasliarkan.

"Tetap tidak semua kukang bisa dilepasliarkan, karena pedagang di pasar sebelum menjual kukang terlebih dahulu memotong gigi kukang supaya tidak membahayakan. Kukang yang sudah dipotong gigi nya akan sulit bahkan tidak bisa dikembalikan ke alam liar karena akan kesulitan mencari makan dan kemungkinan besar akan selamanya berada di dalam kandang," ujar Karmele.

Saat ini, pemeriksaan terhadap pelaku masih terus dilakukan. Pelaku bisa terancam Pasal 22 ayat (2) huruf a Jo. Pasal 40 ayat (2) UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Apabila kedua pelaku terbukti melakukan kegiatan menangkap, melukaia, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, bahkan memperniagakan satwa dalam keadaan hidup, bisa dihukum pidana selama 5 tahun dan denda Rp 100.000.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com