Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada yang "Berwisata" dan Cari Rezeki di Lokasi Jatuhnya Hercules

Kompas.com - 02/07/2015, 10:31 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Keadaan di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, sudah kembali normal sejak Rabu (1/7/2015) malam. Meskipun masih terlihat sejumlah anggota kepolisian yang berjaga di sejumlah titik, garis polisi sudah dicabut.

Sebelumnya, pasca-kecelakaan pesawat Hercules C-130 di tempat itu, Selasa (30/6/2015), wilayah ini "dipagari" dengan garis polisi. Garis polisi semula dipasang menutupi ruas jalan, mulai dari Simpang Pos, Simpang Simalingkar, dan Simpang Selayang.

Namun, kemacetan masih terjadi di dekat lokasi jatuhnya pesawat. Hal ini karena masih banyak warga yang menjadikan lokasi itu sebagai tempat wisata dadakan. Mereka pun memadati daerah itu dan memaksa aparat kepolisian dan TNI yang berjaga harus mengatur jalannya arus lalu lintas.

Di lokasi itu, saat ini hanya tersisa pecahan-pecahan batu, puing-puing, dan sampah. Masih ada pula tenda peleton polisi berdiri tepat di depan ruko yang bagian ujungnya tertabrak pesawat.

Salah seorang warga yang datang dari Pancur Batu mengaku sengaja datang karena ingin melihat langsung bagaimana pesawat jatuh dan menabrak bangunan. "Sengaja aku datang ke sini. Tak ada lagi rupanya pesawatnya. Tinggal pecahan batu dan sampah-sampah saja," kata Marga Turnip.

Begitu juga dengan Yuni, warga Mandala Medan. Dia datang bersama keluarganya dengan menyewa angkot. Mereka sudah berencana selepas shalat isya untuk ramai-ramai mau melihat pesawat jatuh. "Sampe di sini cuma macet, jauh kali jadinya parkir angkot kami. Sudah jalan, tak ada pula pesawatnya. Kalo siang kami ke sini, katanya warga yang tak berkepentingan tak boleh masuk. Makanya, malam kami datang," ucap Yuni, Rabu malam.

Alhasil, dia dan rombongannya hanya berdiri di seberang jalan lokasi jatuhnya Hercules. Berfoto-foto sebentar, mereka lalu berjalan kembali menuju tempat angkot carterannya. "Pulang sajalah, sudah malam. Lagian tak ada yang ditengok," kata dia.

Raup rezeki

Sementara itu, pedagang asongan dan kaki lima dadakan, menggelar dagangannya hingga malam hari. Mereka menangguk untung lebih banyak dari biasanya. Tono, pedagang minuman, mengaku tinggal tiga botol teh dingin saja yang tersisa. Padahal, dia membawa 200 botol. "Biasanya, hanya 50 botol saja yang laku," kata dia.

"Lumayan kalilah, apalagi panasnya gak tanggung tadi. Banyak yang nyari minuman dingin. Rezekilah ini," kata dia semringah. "Tentara-tentara sama polisi itu yang paling banyak minum. Ada juga orang SAR. Besok jualan lagi aku, siapa tahu masih bisa laku banyak," ujar Tono.

Yatti, pedagang bakso dan gorengan, juga mengatakan hal yang sama. Seratus mangkok bakso-nya ludes. Begitu juga dengan gorengan. "Tak ada sisa. Memang panas kali tadi, banyak yang nyari es. Tapi, juga lapar. Yang ngangkat-ngangkat mayat itu banyak beli, tak puasa orang itu," kata dia sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com