Melalui email yang dikirim ke Kompas.com, perempuan berkerudung tersebut menjelaskan biaya tersebut untuk membeli sekitar 10 kursi untuk dijadikan tempat tidur karena dokter menyarankan, selama perjalanan pulang, Sugiayem harus dalam posisi tidur. Angka itu juga termasuk biaya membawa peralatan serta dokter/perawat.
"Selain biaya pemulangan, sampai saat ini pihak rumah sakit telah mengeluarkan anggaran sekitar 380 juta dan akan terus bertambah setiap harinya," jelas Nihayatul.
Dari informasi yang diterima oleh Nihayatul, beberapa hari sebelum masuk ke rumah sakit, Sugiayem sempat datang ke Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) dan menceritakan bahwa ia kabur dari rumah majikan dengan alasan pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan perjanjian awal.
Kondisi Sugiayem, kata Nihayatul, sudah membaik walaupun tidak bisa berkomunikasi dengan lancar.
Ia juga menjelaskan bahwa KDEI (Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia) di Taiwan telah mengirimkan surat resmi mengenai kondisi Sugiayem ini sejak tanggal 16 Juni 2015 kepada Menteri Perdagangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Tenaga Kerja dan Kepala BNP2TKI.
"Saya mendesak kepada Kemenlu untuk segera memberikan jawaban yang jelas tentang penanganan Sugiayem dan juga TKI/TKW yang mengalami hal serupa," kata Nihayatul.