Dia memunguti karangan bunga, boneka, dan beberapa barang yang dibawa oleh masyarakat dari halaman RSUP Sanglah ke mobil milik dinas sosial yang akan mengantarkan jenazah Engeline ke Banyuwangi.
Berbeda dengan masyarakat yang datang untuk membawa bunga, lelaki bertumbuh tambun tersebut memilih membawakan peralatan musik untuk diletakkan di halaman ruang jenazah pada hari kedua ditemukannya jasad Engeline.
"Sejak jenazah Engeline dibawa ke Sanglah, saya selalu ke sini, bahkan ikut menginap di rumah sakit buat menemani Engeline," katanya.
"Saya kecewa, kok ya ada yang ngambil pianika buat Engeline," ungkap lelaki asli Jawa Timur tersebut.
Selain menginap di rumah sakit, lelaki yang mengaku memiliki dua anak tersebut ikut membantu menata rangkaian bunga, boneka, dan foto yang diletakkan di halaman ruang jenazah RSUP Sanglah.
Sesekali dia juga membawa minuman dan makanan ringan untuk dibagikan kepada sebagian jurnalis dan masyarakat yang datang ke rumah sakit untuk bersimpati pada kasus Engeline.
Kepada Kompas.com, Pak Ogah mengaku terus mengikuti perkembangan kasus Engeline sejak anak tersebut dinyatakan hilang oleh keluarga angkatnya.
"Saya mantau terus. Nah, saat dengar sudah ditemukan dan dibawa ke rumah sakit, saya rajin nyambangi. Kebetulan, rumah dekat sini," tuturnya.
Ketika ditanya mengenai nama aslinya, Pak Ogah enggan menyebutkannya. Dia hanya menyebutkan nama "Pak Ogah". Dari pengamatan terhadap barang-barang pemberiannya, di gitar yang dibawanya tertulis "From: Pak Ogah Taman Pancing (Owner Toko Pika Musik).
Belajar dari Engeline
Saat jenazah Engeline dikeluarkan dari ruang jenazah, Selasa (16/6/2015),Pak Ogah yang telah menunggu sejak pagi berteriak menggunakan megafon.
"Engeline, Pak Ogah berjanji akan mengantar kamu ke Banyuwangi," teriaknya kala itu.
Ungkapan tersebut diikuti oleh tangisan warga yang ikut mengantarkan jenazah pulang ke Banyuwangi.