Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Angeline, Suara Anak Kecil Sesenggukan dan Karangan Bunga

Kompas.com - 15/06/2015, 06:30 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BALI, KOMPAS.com
 — Tidak susah mencari rumah ibu angkat Angeline yang berada di Jalan Sedap Malam Nomor 26, Denpasar, selama sepekan terakhir ini. Sejak pagi hingga malam, rumah yang tertutup rapat tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak 16 Mei lalu dan ditemukan tewas terkubur, Rabu (10/6/2015).

Di sisi utara, rumah Margreith, ibu angkat Angeline, berbatasan dengan sebuah warung kopi, sedangkan sebelah selatan terdapat lahan yang menjual tanaman. Tepat di bagian belakang rumah berbatasan dengan lahan milik warga yang ditanami bunga untuk sesajen serta dekat dengan perumahan bangunan baru.

Berbeda dengan rumah di sekitarnya, rumah ini diberi pagar setinggi sekitar 2 meter. Tembok itu membuat orang tidak mudah melihat kondisi apa pun di dalam rumah dan halamannya. Gerbang depan adalah satu-satunya akses jalan masuk ke rumah itu.

"Tapi, kalau lewat gang bagian belakang, saya sering dengar anak kecil nangis sesenggukan. Saya menduga itu Angeline. Ini sebelum anak itu dikabarkan hilang. Saya mau masuk ke dalam juga enggak bisa," ungkap Najuwa, warga yang tinggal di belakang rumah Margreith, kepada Kompas.com, Minggu (14/6/2015).

Dia juga tidak bisa memastikan berapa orang yang tinggal di dalam rumah tersebut. Najuwa mengaku jarang bertemu dengan Margreith. Dia juga hanya selalu melihat Angeline lewat depan warungnya setiap berangkat sekolah.

"Yang saya tahu ada perempuan yang kos di dalam sana, sepertinya kerja di kafe gitu. Tapi jarang nyapa sih. Biasanya keluarnya sore, pulang malam," tutur Najuwa.

Dia menjelaskan, sepanjang Jalan Sedap Malam memang banyak kafe dan tempat hiburan malam. Beberapa rumah warga di jalan itu juga banyak disewakan sebagai tempat indekos.

Najuwa lalu menunjuk ke arah pohon pisang yang terlihat dari balik tembok samping bagian belakang.

"Di bawah pohon pisang itu jenazah Angeline ditemukan," ujar Najuwa.

Gelap dan tak terbuka

Sementara itu, dari pantauan Kompas.com, garis polisi masih dipasang di sekitar rumah ibu angkat Angeline.

Untuk masuk ke dalam rumah, siapa pun memang harus melewati sebuah jalan kecil yang menghubungkan Jalan Raya Sedap Malam dengan pekarangan depan rumah Angeline. Di depan rumahnya, ada parit lebar yang dipenuhi dengan sampah. Di jalan kecil di atas parit itulah warga banyak meletakkan karangan bunga, boneka, serta uang sumbangan untuk Angeline.

Dari batas garis polisi, warga bisa mencium bau kotoran ayam dan suara ayam dari balik tembok yang cukup tinggi. Saat malam hari, penerangan rumah menyala redup dari lampu yang dipasang di teras depan rumahnya.

"Memang gelap dan jarang membuka pintu. Jadi apa pun aktivitas di dalam, orang di luar tidak ada yang tahu," ungkap Najuwa.

Tepat di depan rumah ibu angkat Angeline terdapat pohon besar yang tinggi. Di bawah pohon itu, ada sebuah pura yang sering digunakan sebagai tempat sembahyang oleh warga setempat.

Di pura tersebut, Balian Dasar Sedap Malam melakukan proses pemanggilan arwah Angeline bersama dengan guru-guru Angeline, Jumat (12/6/2015).

"Pemanggilan arwah seharusnya di lokasi penemuan jenazah, tapi karena masih dijaga untuk kebutuhan penyelidikan, kami lakukan prosesi ini di pura depan rumah," ungkap Balian Dasar Sedap Malam, Wayan Murtini, kepada Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com