Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Ramadhan, Bupati Imbau Restoran Tak Vulgar Buka Bisnisnya

Kompas.com - 12/06/2015, 17:17 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com - Bupati Semarang telah mengeluarkan surat edaran mengenai larangan operasional tempat hiburan seperti karaoke dan larangan praktek prostitusi selama bulan Ramadhan. Selain itu, dia juga mengimbau sejumlah pemilik restoran dan warung makan untuk tidak vulgar mempertontonkan makanan yang disajikan.

"Suratnya kita keluarkan tanggal 1 Juni lalu. Isinya imbauan agar seluruh tempat hiburan di Kabupaten Semarang tutup satu bulan penuh selama Ramadan. Selain itu, imbauan agar warung makan dan restoran tidak vulgar membuka warungnya,” kata Mundjirin saat menerima audiensi dengan Pengurus Front Pembela Islam (FPI) Jateng dan Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Jateng di kantor Bupati Semarang di Ungaran, Jumat (12/6/2015).

Menurut dia, untuk memastikan imbauannya dipatuhi, pihaknya telah memerintahkan Satpol PP dan dinas terkait untuk melakukan pengawasan berkala. Kata Bupati, mendiamkan kemaksiatan akan menimbulkan masalah dan dosa. Akan tetapi dalam menegur harus dilakukan dengan cara-cara yang baik.

"Kita harus menghormati umat yang beribadah, tetapi tanpa harus ada kekerasan. Saya harap jangan sampai ada kekerasan. Jangan bertindak sendiri, tetapi laporkan, jika ada temuan pelanggaran,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, tokoh FPI Jateng, Ahmad Fathudin Al Aziz juga memastikan tidak ada aksi sweeping selama Ramadhan, namun pihaknya sudah membentuk tim untuk melakukan patroli pengawasan wilayah.

"Sweeping tidak ada, tapi kami tetap melaksanakan monitoring atau pratoli,” tegasnya.

Sekretaris GPK Jateng, Mustafid yang turut hadir dalam audiensi meminta Mundjirin berani menutup lokasi atau prostitusi secara permanen. Sebab jika dibiarkan maka di Bandungan akan menjadi tempat prostitusi terbesar menggantikan Dolly di Surabaya.

“Ada empat lokasi prostitusi di Kabupaten Semarang, salah satunya yang terbesar di Bandungan. Jika tidak ditutup permanen maka akan semakin besar. Pengaruhnya sangat buruk bagi masyarakat kita,” kata Mustafid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com