Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipalak Saat Naik ke Gunung Ijen, Pemandu Wisata Lapor Polisi

Kompas.com - 09/06/2015, 13:44 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com
- Arie Restu, pemandu wisata di Banyuwangi, melaporkan pemalakan yang dialaminya saat membawa rombongan wisatawan domestik naik ke Gunung Ijen, Senin (1/6/2015) dini hari.

Rombongan mahasiswa dari Jakarta dan Bandung yang berjumlah 15 orang tersebut dipaksa pindah dari mobil jenis elf ke trooper saat melewati pos rest area Desa Jambu Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi.

Saat dikonfirmasi, Selasa (9/6/2015), Arie bercerita bahwa rombongannya dicegat di pintu masuk rest area dan rombongan dipaksa untuk berpindah ke mobil tooper dengan membayar sejumlah uang.

"Saat itu dimintai Rp 400.000 per trooper dan kalau dihitung kita membutuhkan sekitar 3 trooper," jelasnya.

Menurut Arie, karena terkesan dipaksa, dia pun bersama rombongan menuju ke Polsek Licin untuk melaporkan kejadian tersebut. Namun menurut Arie, petugas kepolisian menyarankan untuk tetap menggunakan trooper.

"Akhirnya kami kembali ke rest area Jambu sekitar setengah 2 dini hari dan setelah debat dengan mereka akhirnya kami hanya menyewa satu trooper dengan harga Rp 300.000 setelah kami tawar. Itu pun semua rombongan tetap di dalam mobil elf dan trooper hanya ada saya sama sopir," ungkapnya.

Arie mengatakan, kejadian tersebut bukan pengalaman pertama kalinya. Pada bulan Februari 2015, dia juga mengalami hal yang sama ketika membawa rombongan wisatawan. Kejadian tersebut sudah sempat dilaporkannya ke pihak kepolisian, namun tidak ada kelanjutannya.

"Saya melaporkan kembali hal ini Senin (8/6) karena tidak kejelasan terkait biaya trooper. Aturan yang selalu mereka katakan tidak jelas dan ini membuat tidak nyaman bagi kami dan wisatawan. Aturannya nggak ada," ungkap Arie.

Dia pun melaporkan kejadian tersebut langsung ke Polres Banyuwangi dan Arie kembali diarahkan membuat ke Polsek Licin karena lokasi kejadian berada di wilayah Polsek Licin.

"Untuk laporan kali ini saya meminta bukti laporan dan saya posting di media sosial karena kejadian ini sudah berulangkali tapi sama sekali tidak ada penanganan dari pemerintah. Semacam tutup mata," tuturnya.

Bahkan, dia bersama teman-temannya berencana mengalihkan perjalanan melewati Bondowoso jika masalah tersebut tidak segera ditangani.

"Dan ini saya yakin akan merusak citra pariwisata Banyuwangi yang sudah dibentuk," tuturnya.

Sementara itu, seorang netizen di blognya www.farizahaqie.blogspot.com juga menceritakan pengalamannya di palak saat naik ke Gunung Ijen. Ia menuliskan dengan judul "BANYUWANGI (Bagian-6): Tragedi Pemalakan Dalam Perjalanan Menuju Kawah Ijen".

"Dari dalam mobil kami memprediksi pasti kami dipaksa untuk naik mobil double gardan tersebut. Huh, keluar uang banyak deh. Bukan nya apa-apa juga sih, kesannya kok seperti ada yang tidak beres. semacam pungli dan palakan lah. Kalau pas di Bromo emang sudah jelas aturan nya harus pakai mobil jeep karena kondisi jalan nya yang ekstrim tapi kalau yang di Ijen ini jelas-jelas gak ada aturan nya dan jalannya aman untuk mobil biasa. Nyebelin banget kan ya cari-cari kesempatan banget," tulisnya.

Gunung Ijen berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936).

Untuk mendaki, pengunjung bisa melalui jalur Bondowoso dan Banyuwangi. Setiap malam, di sekitar Kawah Ijen dapat dijumpai blue fire atau api biru yang menjadi keunikan tempat ini. Pemandangan alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia, yaitu di Alaska dan Gunung Ijen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com