Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubuk Reyot Nenek Satreya Akhirnya Dibangun

Kompas.com - 08/06/2015, 12:46 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis


PAMEKASAN, KOMPAS.com -
Harapan Satreya (95), nenek asal Dusun Batu Putih, Desa Larangan Dalam, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, untuk tinggal di rumah layak akan segera terwujud. Gubuknya yang reyot sudah diratakan dengan tanah oleh warga sekitar untuk dibangun kembali dan dipindah ke lokasi yang dekat dengan rumah Arsia, keponakannya yang mulai merawatnya.

Satreya yang awalnya hidup sebatang kara mulai mendapat simpati ketika foto dan kondisi rumahnya beredar di media sosial dan media online. Sejumlah dermawan dari Pulau Madura hingga luar Madura, mendatangi rumah Satreya untuk membantunya.

Bantuan terus mengalir, mulai dari bantuan bahan pokok, sandang hingga dana untuk membangunkan rumahnya.

Suadi, Kepala Dusun Batu Putih, mengatakan, dua keponakan Satreya yang sama-sama perempuan, janda dan hidup miskin, sepakat rumah Satreya dirobohkan dan dipindah ke dekat rumah keponakannya. Hal itu disepakati setelah banyak sumbangan dari para dermawan, termasuk dari pembaca Kompas.com.

“Ada pula sumbangan dari pemerintah berupa bahan-bahan bangunan. Namun belum cukup. Nanti biar dibantu oleh para dermawan lainnya,” ujar Suadi, Ahad (7/6/2015) kemarin.

Sunairi, Staf Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Larangan, menuturkan, bahan-bahan bangunan yang sudah ada di antaranya, pasir, batu gunung, atap asbes, kayu, dinding bambu dan semen. Sementara itu, bahan-bahan yang lain masih belum ada.

“Biaya tukang belum ada dan untuk membantu tukang, warga sudah siap gotong royong,” ungkap Sunairi.

Sunairi menjelaskan, bekas kayu dan genteng serta dinding bambu Rumah Satreya banyak yang sudah tidak bisa digunakan kembali. Terutama kayunya yang sebagian besar sudah lapuk.

“Kekurangan biaya hampir Rp. 7,5 juta, sudah termasuk ongkos tukang dan beberapa kekurangan bahan bangunan,” imbuh Sunairi.

Sementara itu, Vonny Tumampas, warga asal Kota Surabaya yang berjanji untuk membangun rumah Satreya, mengatakan, dana hasil bantuan dari pemerintah digunakan dulu. Kekurangannya akan dipenuhi.

“Bantuan dari pemerintah katanya tidak full, jadi saya nunggu dulu apa saja kekurangannya. Saya sudah rembug dengan kedua keponakan nenek Satreya untuk memenuhi kekurangannya,” kata Vonny.

Perempuan berkulit putih ini menambahkan, meskipun nanti pembangunan rumahnya sudah selesai dan layak untuk ditempati, kebutuhan sehari-hari nenek Satreya masih banyak. Apalagi kedua keponakannya juga tidak punya pekerjaan.

Faridatul Jannah, dermawan lainnya mengatakan, akan membuatkan rekening bank khusus untuk nenek Satreya. Sebab banyak para dermawan yang kebingungan untuk menyalurkan bantuan. Hal itu sudah disepakati kedua keponakannya.

“Teman-teman saya banyak yang mau membantu melalui, tapi saya tolak dan biar bantuannya dikirim ke rekening nenek Satreya saja biar tidak menimbulkan fitnah di belakang hari,” kilahnya.

Sebelumnya diberitakan, Nenek Satreya hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal 30 tahun silam. Sehari-hari ia mengandalkan uluran tangan para tetangganya dan keponakannya yang tinggal sekitar 300 meter dari rumah asal Satreya.

Kalau sedang lapar dan tidak ada kiriman nasi dari keponakannya, Satreya sering berteriak kelaparan dan menangis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com