Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapindo Terus Menawar

Kompas.com - 29/05/2015, 06:30 WIB

SIDOARJO, KOMPAS — Pencairan dana talangan untuk melunasi tunggakan ganti rugi warga korban semburan lumpur di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menunggu kesepakatan pemerintah dengan PT Lapindo Brantas Inc. Lapindo meminta bebas bunga dan bebas pajak untuk mengembalikan dana yang bersumber dari APBN tersebut.

"Untuk jangka waktu pengembalian pinjaman, kami sudah sepakat empat tahun. Sekarang ada perselisihan soal bunga. Kami minta agar pinjaman bebas pajak dan bebas bunga karena dananya, kan, bersumber dari APBN," kata Direktur Utama PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) Andi Darussalam Tabusalla, Rabu (27/5).

Pemerintah dan Lapindo, katanya, tengah mencari solusi supaya perjanjian kedua belah pihak segera terselesaikan. Dia mengatakan, kedua pihak berkomitmen supaya dana talangan segera cair dan segera dibayarkan kepada warga untuk melunasi sisa ganti rugi.

Andi mengatakan, proses pencairan dana talangan sudah berjalan sesuai koridor, tinggal menunggu kesepakatan pemerintah dengan Lapindo. Karena itu, dia mengimbau warga korban supaya tidak khawatir dan tidak usah percaya kepada pihak mana pun yang menjanjikan bisa mencairkan ganti rugi.

Andi menambahkan, pihaknya diminta membuat surat pernyataan tidak sanggup bayar. Namun, permintaan itu ditolak karena Lapindo masih sanggup. Akan tetapi, dengan kondisi keuangan perusahaan saat ini, untuk menyelesaikan kewajiban yang tertunggak itu diprediksi perlu waktu 20 tahun. Karena itulah pihaknya mengapresiasi niat baik pemerintah untuk memberikan dana talangan guna mempercepat pelunasan.

Menurut Andi, sejak dana talangan dialokasikan dalam APBN 2015, pihaknya kerap menggelar pertemuan dengan pemerintah. Bahkan, PT MLJ juga mengikuti proses verifikasi dari BPKP tentang data kewajiban yang sudah dibayarkan dan belum dibayarkan oleh Lapindo.

Hasilnya ditemukan selisih. Sisa kewajiban pembayaran ganti rugi korban lumpur di dalam peta area terdampak yang menjadi tanggung jawab perusahaan sebelumnya Rp 781 miliar, tetapi setelah diverifikasi menjadi Rp 827 miliar. Sementara aset Lapindo dari data korban yang sudah dibayar, sebelumnya Rp 3,3 triliun, tetapi setelah diaudit menjadi Rp 2,7 triliun.

Adapun besarnya dana talangan yang disiapkan dalam APBN Rp 781 miliar. Pembayaran kepada warga akan dilakukan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dengan rekomendasi dari PT MLJ selaku juru bayar Lapindo. PT MLJ tetap akan melakukan verifikasi, terutama menyangkut nilai yang akan dibayarkan kepada warga korban.

Preseden buruk

Menurut pakar statistik yang juga dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Kresnayana Yahya, pemberian dana talangan tanpa kompensasi bunga kepada perusahaan swasta multinasional akan menjadi preseden buruk bagi pemerintah dalam hubungannya dengan dunia usaha.

Hal itu akan menjadi contoh tidak baik bagi perusahaan lain. Pelaku usaha korban lumpur Lapindo bahkan gulung tikar karena sudah sembilan tahun tidak dibayar ganti ruginya. Mereka tidak mendapatkan pinjaman dari pemerintah, padahal sudah membayar pajak dan menciptakan lapangan kerja.

Keberanian pemerintah untuk memotong atau menghentikan kerugian lebih besar akibat tertundanya pembayaran ganti rugi bagi korban luapan lumpur di Sidoarjo tidak berarti menghapus tanggung jawab perusahaan. Tetap ada kewajiban untuk membebankan bunga terhadap pinjaman dana talangan demi kepentingan yang lebih besar pada masa depan.

"Pemerintah tetap harus menunjukkan kepada perusahaan-perusahaan lain, bencana lingkungan yang disebabkan oleh industri tetap ada ongkosnya. Biaya ini harus diperhitungkan matang, termasuk saat pemerintah memberikan izin," ujar Kresnayana. (nik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com