"Mas Ganjar punya bakat sebagai seorang dalang. Dia bukan hanya pemimpin politik, tapi punya kebudayaan. Punya pertimbangan di atas sistem yang ada," kata budayawan Radhar Panca Dahana di sela bedah buku "Kebudayaan Dalam Politik, kritik pada demokrasi" di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Kamis (28/5/2015).
Menurut Radhar, seorang pemimpin sekarang ini haruslah bisa menempatkan diri di atas kepentingan apapun. Seorang kepala negara misalnya, harus bisa melewati kepentingan dirinya, keluarga, partai politik atau afiliasi lainnya. Seorang pemimpin harus mampu melangkah di atas tanggungjawab berpolitik, sehingga ia tidak tersandera dengan kepentingan-kepentingan tertentu.
"Tanggung jawab politik itu hanya sebagian dari warganya. Pemimpin harus multi dimensi. Pemimpin harus mengambil peran sebagai kepala negara, di mana itu tidak dilakukan oleh pak SBY," tambahnya.
Radhar menambahkan, seorang pemimpin negara tidak sebatas pada pemimpin nasional. Pemimpin di tingkatan regional laiknya Gubernur juga harus memerankan diri sebagai pemimpin daerah. Namun, syaratnya pemimpin itu harus mempunyai kesadaran akan kebudayaan.
"Saya telah meneliti 10 kota besar, baik di Medan, Ujung Pandang, Yogja. Sayangnya, kebudayaan belum menjadi strategi politik," ujarnya.
Ganjar yang hadir dan berbicara dalam forum tersebut sepakat dengan apa yang disampaikan Radhar. Ia menilai di Jateng, kebudayaan masyarakat masih belum muncul. Atas hal itulah, salah strategi kebudayaan yang dilakukannya ialah mengajak masyarakat untuk aktif membincangkan Jawa Tengah dari hal terkecil sampai terbesar. Ganjar ingin agar masyarakat secara tulus mempunyai rasa mencintai daerah.
"Saya ingin mengarahkan energi publik untuk hal baik. Dimulai dengan membicarakan hal-hal kecil. Ternyata, semua hal remeh itu berjalan baik. Saya ingin Jateng penuh warna," paparnya.
Dia berharap agar melalui dialog kebudayaan ini akan menggaet atensi masyarakat untuk berkreasi. Politisi PDI Perjuangan itu menggunakan konsep kolonial dengan menghadirkan orang luar untuk tampil di Semarang.
"Dengan begitu, mereka jadi panas sehingga mau berkreasi dan menggunakan tempat ini (Wisma Perdamaian)," imbuhnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.