Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperlakukan Tak Manusiawi di Malaysia, 3 TKI asal NTB Lari dan Terdampar di Nunukan

Kompas.com - 28/05/2015, 02:40 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Mengaku tidak tahan atas perlakuan perusahaan sawit GBP di Malaysia, tiga buruh migran asal asal Sumba Nusa Tenggara Barat memilih kabur ke Nunukan, Kalimantan Utara.

Yohanes Ledetalu (30), Amos Ulumale (29) dan Agustinus Subora (18), mengaku selama dua tahun bekerja di perusahaan sawit milik warga Malaysia tersebut, haknya sebagai karyawan sering diabaikan oleh perusahaan. Padahal mereka berangkat kerja ke Malaysia secara resmi dengan kelengkapan dokumen dan melalui PJTKI resmi.

“Kami berangkat berdokumen melalui perusahaan PJTKI asal NTT yang bernama PT Citra Bina Tenaga Mandiri. Kami berangkat tahun 2013.” ujar Yohanes, Rabu (27/05/2015).

Gaji yang dijanjikan 400 ringgit per bulan oleh perusahaan ternyata hanya diberi 17 ringgit per hari. Itupun untuk keperluan makan dan alat alat kerja mereka harus membayar kepada perusahaan, padahal mereka bekerja untuk perusahaan sawit tersebut.

"Kami hanya tahu kalau pagi baris, diperiksa lantas kerja. Ambil barang macam gerobak, sapu tangan untuk keperluan kerja saja gaji dipotong, padahal itu milik perusahaan. Makan kita tanggung sendiri,'' ujar Amos.

Selama bekerja di perusahaan sawit GBP di Malaysia, mereka juga tidak diperkenankan memegang dokumen. Bahkan mess tempat tinggal mereka dijaga sangat ketat. Selain dipagar keliling dan dijaga petugas keamanan, mereka juga tidak boleh keluar dari mess untuk membeli keperluan mereka. Untuk membeli keperluan harian, mereka diharuskan menitip kepada petugas keamanan.

“Mulai berangkat dari sini ke sana sudah tidak bisa ke mana-mana karena paspor dipegang mandor. Kalau mau beli sesuatu harus lewat mandor,“ ujar Agustinus.

Ketiga buruh migran asal Sumba tersebut akhirnya sepakat untuk melarikan diri dari perkebunan kelapa sawit tempat mereka bekerja. Pada Minggu (17/5/2015) pagi, sekitar pukul 04.00 Wita, mereka melarikan diri dengan cara melompat tembok mess.

Untuk sampai di Pelabuhan Nunukan, mereka melewati 3 pos penjagaan polisi Malasyia. Setiap pos yang dilewati, mereka mengaku harus membayar 50 ringgit per orang agar bisa lolos sampai di pelabuhan, sebab mereka tidak memiliki kelengkapan dokumen.

Dari pelabuhan Tawau Malaysia, mereka menyewa perahu hingga di pelabuhan Tunon Taka Nunukan. ”Sampai di sini kami sudah tidak punya uang sama sekali. Kami terlantar di pelabuhan sampai akhirnya ketemu Pak Januar yang mau menampung kami.” ujar Yohanes.

Rencananya mereka akan pulang ke kampung halaman mereka, namun karena sudah tidak memiliki uang sama sekali mereka terpaksa bertahan di Nunukan. Mereka hanya berharap pemerintah mau membiayai kepulangan mereka.

“Mereka tidak punya dokumen, jadi kita kesulitan untuk mengurus kepulangan mereka melalui instansi pemerintah. Mereka maunya pulang, sudah trauma mereka,” ujar Januar yang menampung sementara ketiga buruh migran tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com