Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Alami Gizi Buruk, Anak Balita 1,5 Tahun Kerap Dipukuli Ayahnya

Kompas.com - 25/05/2015, 12:46 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com
 — B (1,5) tergolek lemah di kamar perawatan saat ditemui di RSUD Polewali Mandar, Minggu (24/5/2015). Tubuh anak balita asal Lantora itu kurus kering. Berat badannya tak sampai 5 kilogram.

B diketahui mengalami gizi buruk dan trauma akibat kerap dipukul dan dibanting oleh ayahnya di rumah. Akibatnya, daya tahan tubuhnya menurun, dan dia kerap sakit-sakitan.

Bayani, ibu B, mengatakan, pemberian asupan gizi yang tidak cukup diduga memicu kondisi gizi buruk padanya. Bayani mengatakan, keluarganya hidup pas-pasan dengan hanya bergantung pada penghasilan suaminya, Rahman, yang menjadi tukang becak dengan pendapatan Rp 5.000-Rp 10.000 per hari. Dia dan suaminya juga kerap berutang ke tetangga hanya untuk membiayai hidup keluarga sehari-hari.

Dia juga mengatakan, suaminya sering kali melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya tanpa rasa iba. Saat marah, Bayani mengatakan, suaminya akan memukul dan membanting anaknya.

"Saya tidak bisa berbuat banyak, apalagi sampai melaporkan tindakan kekerasan suami saya karena dialah yang selama ini jadi tulang punggung keluarga. Saya memang keberatan, anak saya mendapat perlakuan kekerasan fisik yang tidak wajar, tetapi apa boleh buat. Saya hanya bisa mengelus dada," ujar Bayani.

Bayani mengaku, dia tidak berkutik karena juga kerap dipukuli oleh suaminya. Tak ada yang bisa menghentikan aksi kekerasan itu, termasuk Kaddang, ibu Bayani, yang tinggal bersama mereka.

Kaddang yang dijumpai saat mendampingi cucunya di rumah sakit mengatakan, menantunya itu kerap bertindak di luar batas terhadap anaknya sendiri hanya karena masalah sepele. Namun, seperti Bayani, Kaddang mengaku tak bisa berbuat banyak, seperti menegur, apalagi mengadukan tindakan kekerasan yang dilakukan menantunya itu.

"Anaknya tidak terawat dengan baik, bahkan sering mendapat tindak kekerasan fisik yang membuat pertumbuhan B tidak normal," tutur Kaddang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com