Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek Berumur 140 Tahun Asal Purwakarta Hidup dalam Kemiskinan

Kompas.com - 16/05/2015, 14:58 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com – Mata Mimin (55) berkaca-kaca. Dilihatnya sang ibunda, Nenek Anami (140) yang tengah melahap makanannya. Dengan lirih ia berujar.

"Ini makanan istimewa yang kami dapat," ujar Mimin dengan suara gemetar menahan tangis. Saat itu, Nenek Anami tengah menyantap makan siangnya.

Ada beberapa menu dalam piring, yakni nasi, pindang tongkol, daging ayam, dan jontang (lalap mentah).

Buat keluarga tersebut, menu seperti ini sangat luar biasa. Karena biasanya, ia hanya mengonsumsi nasi, ikan asin, dan lalap mentah yang diambil dari sawah atau kebun.

Mimin menceritakan, beberapa tahun ini ia hidup bersama ibu serta satu orang anak dan satu bayi. Di rumah berukuran 4x6 meter ini, dia yang menjadi tulang punggung keluarga.

Jika musim tanam atau panen padi, ia akan menjadi buruh tani dengan bayaran Rp25.000 per hari. Uang itu, biasanya ia belikan beras beberapa liter, sedikit lauk, dan perlengkapan lainnya seperti sabun dan sampo. [Baca: Alasan Nenek dari Purwakarta Ikuti Sayembara Orang Tertua di Dunia]

Jika tidak musim panen atau tanam di sawah, ia bekerja serabutan atau mengandalkan pemberian anak-anaknya yang bekerja di tempat lain.

Apapun akan Mimin kerjakan, agar ia, ibu, dan anaknya yang sama-sama janda bisa makan dan bertahan hidup.

Perempuan itu tinggal di Kampung Burung Sarang, RT 08, RW 04, Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Ia tinggal di rumah berukuran 4x6 meter dari program bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu) Provinsi Jawa Barat.

Rumah tersebut terdiri dari ruang tamu, dua kamar berukuran super mini, dapur dan kamar mandi. Hanya ada dua pintu di rumah ini yakni pintu utama di bagian depan rumah dan pintu belakang.

Sedangkan pintu kamar, dapur, maupun toilet menggunakan gorden kumal. Kekumuhan sangat terasa di kamar Nenek Anami. Di bagian atas ruangan yang super mini itu terdapat tumpukan baju zaman Anami masih muda.

Sedangkan di pintu masuk terdapat sekarung gabah kering serta kasur yang ditumpuki pakaian. Sedangkan di bagian dapur terlihat hawu (alat masak tradisional), kayu bakar, dan sejumlah perabotan.

Adapun bagian dinding terbuat dari anyaman bambu dengan lantai beralaskan adukan semen. "Rumah ini baru kami dapatkan beberapa bulan. Sebesar ini juga Alhamdulillah," ucap Mimin sambil mengelap air mata.

Asalnya, Mimin dan Nenek Anami tinggal di bagian bawah rumah yang ditinggal sekarang. Dulu, rumahnya sangat kecil, hanya ada satu ruang tamu dan satu kamar.

Lantainya terbuat dari palupuh (anyaman pohon bambu) yang lapuk, sehingga jika diinjak akan menghasilkan suara yang khawatir ambruk. Adapun atapnya kerap bocor jika hujan menerjang.

"Kalau hujan dan ada angin besar, kami bertiga harus mengungsi. Karena rumahnya reyot dan mau ambruk. Kalau ada cucu yang berkunjung jarang masuk ke dalam, selain karena sempit, mereka khawatir rumahnya ambruk," ucapnya.

Mimin juga tidak memiliki jamban. Untuk buang air besar, satu keluarga tersebut harus ke hutan agar kotorannya tidak terinjak masyarakat.

Kondisi sedikit berubah ketika Nenek Anami ramai dibicarakan media karena memiliki umur yang sangat tua.

Bahkan tamu mulai berdatangan ketika Anami berniat untuk mengikuti sayembara orang tertua di dunia yang diadakan miliuner Moldove Dmitry Kaminskiy asal Rusia dengan hadiah Rp13 miliar. "Kemarin Bupati Purwakarta memberikan uang, sekarang sudah habis untuk makan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com