Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Johar, Sebuah Miniatur Kota Metropolitan

Kompas.com - 12/05/2015, 10:44 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Pasar Johar Semarang yang ludes terbakar Sabtu lalu tidak hanya berfungsi menggerakkan roda perekonomian warga Kota Semarang, tetapi juga mempunyai nilai sejarah yang amat tinggi.

Menurut sejarawan Semarang, Djawahir Muhammad, konon Johar adalah miniatur dari kota metropolitan. Di kompleks tersebut, terdapat macam bangunan bersejarah, meski kini bangunannya sudah berubah bentuk.

“Ciri-ciri kota tradisional sesuai history of Java, itu ada masjid, alun-alun, pasar, penjara dan kadipaten. Di Johar, semua itu ada,” kata Djawahir kepada Kompas.com, Selasa (12/5/2015).

Menurut dia, berbagai sumber telah menjelaskan secara rinci, Johar sebagai kota metropolis. Alun-alun misalnya-dulu terbentang di antara Jalan Kauman (depan masjid besar Agung Semarang), Jalan Agus Salim hingga dan Jalan Kali Semarang.

Alun-alun memutar mengitari bangunan masjid, pasar, penjara, dan kantor kadipaten atau pusat pemerintahan dulu disebut pendopo besar “Kanjengan”. Di Johar, juga ada terminal angkutan bemo yang menempati lahan teramat luas, berada persis di samping Masjid Besar Kauman dan bangunan Pasar Rahaju (kini Johar).

Keberadaan penjara juga berada di kompleks alun-alun Johar, atau yang kini berubah menjadi bangunan Gedung Semarang Plaza.

Sementara kantor kadipaten dialihfungsikan menjadi tempat penampungan drum-drum aspal hingga tidak terawat. Keberadaanya kemudian diganti dengan gedung Bioskop dan tempat kantong parkir, tidak jauh dari Masjid Besar Kauman.

“Bangunan itu mulai hilang tahun 1970, atau sejak pembangunan pasar Johar dan Pasar Yaik dimulai. Pemerintah Kota Semarang bekerjasama denga PT Pasar Gunung Kencana untuk membangun pasar, dengan kontrak 35 tahun, atau selesai 2005 lalu,” tambah Djawahir.

Sejak saat itu, tambah dia, miniatur kota metropolitan Semarang menghilang. Keberadaannya diganti dengan bangunan pasar dan gedung yang menjulang tingi. Hanya tersisa Masjid Besar Kauman dan bangunan Pasar Johar karya Thomas Karsten.

Jongkie Teo dalam bukunya Semarang City, a Glance into The Past, memotret pasar Johar yang dulu pada 1865 bernama Pasar Pedamaran. Bangunan pasar Pedamaran dibongkar diganti Pasar Johar pada 1920.

Bangunan ini selesai dibangun tahun 1939 dengan desain unik, atapnya berbentuk sebuah jamur. Desain pasar mirip dengan pasar-pasar tempo dulu laiknya Pasar Jatingaleh, Pasar Bulu dan Pasar Peterongan, meski tiga pasar terakhir ini sudah mengalami pemugaran.

Sementara Pasar Yaik dibangun tak jauh dari pasar Johar. Semua jenis produk dijual di pasar ini, mulai dari makanan, pakaian hingga aksesoris lain. Pasar dibuka tengah malam hingga larut pagi.

Dosen sejarah dan Arkeologi Universitas Diponegoro Semarang, Eko Punto Hendro mengatakan, pasar Johar merupakan pasar yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Dia mengkritik bangunan cagar budaya di Pasar Johar sengaja ditelantarkan oleh Pemerintah Kota Semarang, hingga kini muncul persepsi pasar sengaja dibakar.

“Penting untuk melihat Undang-undang cagar budaya dalam kasus kebakarnya Pasar Johar. Jangan sampai nanti nasib Johar seperti Pasar Bulu yang dibongkar. Itu kecelakaan sejarah, jangan sampai terulang di Pasar Johar ini,” seru dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com