Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Sampai Kiamat, Lubang Tambang Tidak Akan Bisa Kembali Lagi”

Kompas.com - 04/05/2015, 19:30 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani Julius

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com
– Inilah kondisi industri yang mengandalkan eksploitasi sumber daya alam di Kalimantan Timur, khususnya dari pertambangan batu bara. Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Inspektur Jenderal Andayono, menyampaikan komentar pedas atas temuan dirinya pada kegiatan penambang yang tak ramah pada permukaan bumi.

Andayono tak yakin lubang-lubang tambang menganga di Kaltim bisa ditutup kembali, ditumbuhi tumbuhan seperti sedia kala, dan tanah bisa berfungsi seperti sedia kala.

“Sampai kiamat tidak bisa kembali lagi, kalau dengan cara menggali seperti ini. Kalau material di bawah ditumpuk di atas, tidak akan tumbuh apa-apa di sana,” kata Andayono di hadapan ratusan pengusaha dalam acara CEO Forum 2015 bertema Transformasi Ekonomi Ekstraktif Menjadi Ekonomi Berbasis Jasa dan Industri Pengolahan: Tantangan Pembangunan Kaltim dalam Keterbatasan Anggaran, Senin (4/5/2015).

Andayono menjadi salah satu narasumber dalam CEO Forum 2015 ini. Forum yang dikemas dengan model dialog ini juga dihadiri Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, dan Ekonom Indonesia Indef Aviliani.

Andayono mencontohkan, melalui pantauan udara yang dijalaninya baru-baru ini, dirinya melihat aktivitas tambang milik PT Kideco Jaya Agung (Kideco) di Kabupaten Paser. Ia mendapati bumi bopeng dan berlubang.

Salah satu lubang, menurut perkiraannya, memiliki kedalaman sedikitnya 200 meter. Kondisi itu diperkirakan akan berakhir dengan tidak berjalannya reklamasi dan revegetasi di kemudian hari.

“Saya sampai berpikir, kendaraan seperti apa digunakan untuk mengangkut sampai kedalaman seperti itu. Ternyata dengan truk 300 ton,” kata Andayono.

Kideco beroperasi di Paser dengan konsesi 60.000 hektar. Rerata overburden-nya 45 juta metric ton per tahun dan produksi rerata 6 juta ton batu bara per tahun. Kideco yang berakhir kontrak 2023 ini telah mengeksploitasi sekitar 10.000 hektar dari luas konsesi.

Ujungnya, kata Andayono, ada potensi kerusakan atas lahan dalam jangka panjang. Andayono mengatakan, kegiatan pertambangan sebesar Kideco merupakan salah satu temuan yang membuat miris.

“Belum lagi kebun, sawit, dan lainnya,” kata Andayono.

Ratusan lubang di Kaltim

Awang Faroek membenarkan temuan Andayono. Lubang-lubang tambang di konsesi Kideco diyakini bakal sulit dipulihkan.

“(Ada galian) sekitar dua hingga empat saja. Dan sekarang mereka menggunakan teknik tambang dalam (bukan merusak permukaan), karena struktur tanahnya berbeda,” kata Awang.

Walau menggunakan teknik tambang dalam, lubang-lubang yang telanjur sudah ada diyakini akan sulit direklamasi.

“(Dengan kondisi sekarang saja) Kideco tidak akan sanggup mereklamasi. Untuk menutup kedalaman seperti itu dari mana,” kata Awang.

Kondisi serupa bukan hanya Kideco. Provinsi yang dikenal dengan nama Banua Etam ini memiliki izin hingga 1.200 perusahaan tambang, baik itu PKP2B hingga sekelas IUP.

“Ada ratusan lubang sekarang di Kaltim yang tidak direklamasi. Seperti Kideco yang mendapat izin pusat, kami ini yang menerima akibatnya. Kalau kami sampai menutup tambang, pasti ribut,” kata Awang.

Kondisi terkini, kata Awang, lantaran ratusan lubang tak direklamasi, Pemerintah Provinsi dan Dinas Pertambangan menggodok mana saja perusahaan yang harus ditutup lantaran tidak melakukan reklamasi dan memenuhi kewajiban pasca tambangnya.

“Saya sudah menerima hasil koordinasi dan supervisi (Korsup) yang dilakukan KPK dan hasil review izin UKP4. Tidak bisa diungkap sekarang. Kami masih terus mendalami hingga akan ada yang akan ditutup nanti,” kata Awang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com