Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara "Mati Lampu", Rambut Pelanggan Jadi Botak Sebelah

Kompas.com - 23/04/2015, 17:44 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Pemadaman listrik yang terjadi hampir setiap hari terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), membuat sebagian besar warga, khususnya para pelaku usaha yang mengantungkan aktivitasnya kepada listrik mengeluh. Kondisi tersebut sangat mengganggu kegiatan mereka.

Mateus Kaka misalnya, salah satu karyawan salon pangkas rambut di bilangan Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, saat ditemui Kompas.com di tempat usahanya, Kamis (23/4/2015), mengaku, pemadaman listrik kerap terjadi tiba-tiba, tanpa pemberitahuan. Hal itu tentu membuat sejumlah pelanggannya kecewa.

“Saat kita sedang pangkas rambut para pelanggan, tiba-tiba listrik padam, sehingga menyebabkan beberapa pelanggan kepalanya botak sebelah. Kita harus menunggu waktu lama sampai listrik nyala lagi, baru kita lanjut pangkas,” kata Mateus.

Menurut Mateus, pemadaman listrik yang terjadi terus-menerus secara tak menentu itu, membuat pendapatannya menurun drastis, hingga mencapai 50 persen. "Listrik padam terus tidak menentu, kadang padam siang, kadang juga padam di sore hari. Kalau listrik padam penghasilannya berkurang sampai 50 persen," ujar Mateus.

Selain mengganggu pelanggan dan pemasukan yang berkurang, pemadaman listrik secara mendadak ini juga merusak sejumlah peralatan salon. "Ini ada alat yang tiba-tiba mengeluarkan asap karena listrik mati hidup," ujar Mateus.

Hal senada juga disampaikan Robert, pengusaha warung internet, di Penfui, Kota Kupang. Dia juga mengeluhkan terjadinya pemadaman listrik yang tidak sesuai dengan jadwal yang diumumkan PLN area Kupang, lewat media massa.

"Yang kita baca di media cetak, katanya listrik padam dari pukul 15.00 Wita hingga pukul 22.00 Wita, tetapi siang hari juga terjadi pemadaman. Ini sangat merugikan kami sebagai pelaku usaha yang bergantung pada listrik," kata Robert.

Robert pun meminta agar PLN lebih konsisten dengan pemadaman listrik dan segera mengatasi persoalan defisit daya di PLN Kupang. "PLN juga harus kerjasama dengan semua media, baik itu cetak elektronik dan media online supaya semua masyarakat tahu," kata dia.

Warga Kota Kupang, kata Robert, tidak semua membaca media cetak, mendengar radio. "Masyarakat sekarang suka baca media online karena lebih mudah, jadi bisa bangun kerjasama juga dengan mereka, atau menggunakan sms broadcast," kata Robert.

Terkait keluhan itu, Manajer Area PT PLN Persero Kupang Maria Goreti Indrawati Gunawan mengatakan, pemadaman listrik yang sering terjadi di Kota Kupang karena kemampuan suplai daya mengalami defisit.

“Ketersediaan daya untuk kota Kupang hanya 50 megawatt sementara beban pelanggan, berkisar antara 53 sampai 55 megawatt yang tentunya sangat minus dan secara sistem tidak akan mungkin bisa berjalan normal. Karena itu konsekuensinya adalah harus dikurangi bebannya dengan dilakukan pemadaman supaya bisa seimbang,” kata Maria.

Apalagi, kata Maria, mesin pembangkit listrik di daerah Bolok mengalami kerusakan, praktis PLN pun kesulitan untuk melayani 100.000 pelanggan listrik yang ada di Kota Kupang. Alternatif yang dilakukan PLN adalah dengan menyewa genset kepada pihak ketiga, dan juga mendapatkan mesin pembangkit listrik dari Kalimantan. Menurut dia, pada Bulan Mei 2015, semua pelayanan listrik sudah bisa berjalan dengan normal. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com