Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Bumi, Pertumbuhan Hotel dan Apartemen di Yogyakarta Dikritik

Kompas.com - 22/04/2015, 18:41 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis


YOGYAKARTA,KOMPAS.com
- Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2015 ini, Universitas Gajah Mada (UGM) menggelar refleksi tentang kondisi Yogyakarta saat ini.

Acara yang digelar di Fakultas Fisipol UGM mengambil tagline "Jogja Sold Out" yang merefleksikan pembangunan hotel dan apartemen yang menjamur serta tak terkendali di Yogyakarta.

Dodok Putra Bangsa, salah satu aktivis Jogja Asat menuturkan, pertumbuhan hotel dan apartemen terlihat pesat di kota Yogyakarta serta Kabupaten Sleman. Pembangunan yang tak terkendali ini telah menyebabkan berbagai permasalahan, baik soal sumber air dan ruang hijau semakin sempit.

Apartemen serta hotel, lanjutnya, menyedot banyak air tanah sehingga menyebabkan debit air dari sumur warga yang ada di sekitar hotel atau apartemen berkurang drastis. Padahal, air menjadi sumber kehidupan manusia.

"Permasalahan air sangat krusial. Orang tidak bisa hidup tanpa air sementara sumur kering tersedot apartemen dan hotel," ujar Dodok.

Dia juga mengungkapkan, berdasarkan data yang dimilikinya ada sekitar 67 hotel yang sudah siap dibangun di Yogyakarta. Rencana ini dikhawatirkan bisa membuat sumur-sumur warga di kampung-kampung makin kering.

Menurut dia, ada kejadian sumur hotel membuat kering air tanah di sekitarnya. Warga yang sumurnya kering pun melayangkan protes. Akhirnya sumur hotel dicabut izinnya.

"Kalau terus seperti ini, khawatir Yogya kekeringan. Kuda-kuda jadi kurus, kan jadi enggak bagus kalau di foto," sindirnya.

Sementara itu, Francis Wahono, penulis buku Ekonomi Hijau, mengatakan jika dilihat lokasinya Yogyakarta merupakan wilayah cekungan. Wilayah Yogyakarta dikelilingi dataran tinggi seperti bukit dan gunung. Ada Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Merbabu dan Merapi.

Dia memprediksi jika pembangunan tidak terkontrol dengan baik maka Yogyakarta bisa menjadi comberan besar. Kondisi ini yang perlu dicermati dan menjadi perhatian bersama.

"Perlu ada kontrol, jika tidak bisa jadi comberan besar. Yogya itu di wilayah cekungan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com