Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Urus Ibu yang Sakit Menahun, Bocah Akbar Putus Sekolah

Kompas.com - 02/04/2015, 10:29 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

MAJENE, KOMPAS.com - Demi mengurus ibunya yang lumpuh dan terbaring lemah, Akbar, bocah 13 tahun asal Lembang, Kelurahan Lembang, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, memilih mengorbankan masa depannya. 

Dia memilih berhenti sekolah dan berkonsentrasi mengurus ibunya yang sakit. Sementara kakaknya, Rosita Pratiwi yang kini menempuh pendidikan di SMKN 1 Majene, kini juga terancam putus sekolah, karena alasan biaya.

Akbar tamat sekolah dasar di SDN 11 Baurung tahun lalu. Teman sekelasnya yang lebih beruntung nasibnya kini sudah duduk dibangku kelas VII SMP. Selain harus mengurus ibu, alasan biaya pun menyebabkan Akbar putus sekolah.

Kini, setiap hari Akbar-lah yang memasak dan menyuapi ibunya. "Sebenarnya saya mau sekolah, tapi kasihan ibu saya sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa di tempat tidurnya. Karenanya saya putuskan untuk mengurus kebutuhan ibu saya,” tutur Akbar ketika ditemui di rumahnya.

Ibunya, Husnia (48) terbaring lemah karena sakit maag kronis dan asam urat. Husnia terbaring beralaskan kasur tua yang warnanya sudah coklat kehitaman. Dedaunan yang menempel di wajah, leher, dan dadanya menjadi obat untuk menurunkan rasa sakit.

Di samping tempat tidur Husnia terlihat mangkuk berwarna jingga berisi bubur dan ditutup dengan tutup panci. Husnia hanya makan satu sampai dua sendok sekali makan.

Sebenarnya, Husnia pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majene, namun karena alasan biaya pula dia pulang ke rumahnya. Rumah mereka adalah sebuah gubuk kecil berukuran 3x4 meter yang terletak di belakang pemukiman penduduk dan berdampingan dengan kandang ayam milik warga.

Akbar adalah anak ketiga dari dua bersaudara. Kakak pertamanya Ramli merantau ke Kalimantan dengan harapan bisa mmeperbaiki taraf hidup keluarganya.  Akbar memiliki lima saudara tiri, kelimanya tinggal jauh di luar kota dan semuanya telah berkeluarga.

Hanya Akbar yang tinggal bersama kakak dan ibunya di gubuk yang nyaris roboh itu. Rumah panggung yang tingginya hanya setengah meter dari tanah ini ditopang tiang kayu yang sudah lapuk termakan usia. Atap rumbia yang sudah bocor membuat mereka kerap kehujanan. Di dalamnya hanya ada beberapa piring, baskom dan botol plastik yang berserakan di lantai rumah.

Bau tidak sedap yang menyengat hidung menambah kumuh gubuk tua yang berada persis di dekat usaha peternakan ayam pedaging milik tetangganya.

Ayah Akbar, Muhammad Daeng Situju, sudah sangat tua. Usianya sudah 80 tahun. Konon, Situju pun masih bekerja serabutan. Situju merantau ke Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah untuk menafkahi istri dan kedua anaknya itu. Setiap bulan, Situju hanya mengirimkan biaya hidup keluarga yang jumlahnya jauh dari cukup.

"Bapakku sudah tua, sudah tidak kuat bekerja, dia hanya mengirim uang Rp 300.000 atau paling banyak Rp 500.000 yang dia kirim. Ya itu tidak cukup untuk biaya sehari-hari, tapi kami berusaha menggunakannya seirit mungkin," kata Rosita, kakak Akbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com