Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kumpulkan Sampah, Para Ibu Bisa Menabung Rp 500.000 Per Bulan

Kompas.com - 01/04/2015, 16:40 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com — Ada banyak cara untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Salah satunya lewat sampah, seperti yang dilakukan para ibu rumah tangga di Cimahi. Berkat pemilahan sampah di rumah masing-masing, mereka bisa memiliki tabungan Rp 500.000 per bulan.

"Nasabah kami rata-rata ibu rumah tangga. Dalam empat bulan, ada tabungan ibu rumah tangga yang jumlahnya mencapai Rp 2 juta," ujar Direktur Bandung Sampah Induk Cimahi (Samici) Warso Wijaya di kantornya, di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (1/4/2015).

Warso menjelaskan, Bank Samici didirikan Oktober 2014 dengan jumlah nasabah 50 orang. Setiap bulan, jumlah nasabah terus meningkat. Bahkan setelah lima bulan berselang, jumlah nasabah Bank Samici mencapai 384 nasabah.

"Jumlah total tabungan dari ratusan nasabah ini mencapai Rp 17 juta," ungkapnya.

Selain untuk ditabung, rata-rata ibu rumah tangga menggunakan uang hasil penjualan sampah untuk membayar tagihan listrik, telepon, atau keperluan rumah tangga lainnya.

Warso menilai, kegiatan bank sampah ini selain menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap sampah, juga bisa meningkatkan ekonomi rakyat. Sebab, untuk mengumpulkan tabungan Rp 500.000 per bulan, masyarakat hanya perlu memilah sampah yang ada di daerahnya.

"Kalau lihat yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Cimahi, rata-rata sampah yang mereka kumpulkan berupa kemasan makanan, botol, atau gelas minuman mineral, dus, dan sampah anorganik lainnya. Bahkan, kalau ada ibu-ibu habis menggelar syukuran, sampah yang bisa dijual banyak tuh," ungkapnya.

Harga sampah yang diperoleh ibu-ibu bervariatif dari Rp 100-Rp 58.000 per kg. Harga termurah biasanya untuk bungkus kemasan makanan, sedangkan harga termahal untuk tembaga. Selain ibu rumah tangga, nasabah Bank Samici berasal dari sekolah, perkantoran, dan rumah sakit. Total sampah yang dikumpulkan dari ratusan nasabah ini mencapai 15 ton per bulan.

"Kami belum punya pencacah. Jadinya sampah yang kami kumpulkan langsung dikirim ke penggilingan di daerah Cimahi juga. Sedangkan sampah kertas langsung dikirim ke pabrik kertas," ucap Warso.

Pihaknya, sambung Warso, masih akan terus menggenjot jumlah nasabah. Caranya dengan melakukan sosialisasi.

Seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu oleh ke-100 kepala sekolah dan institusi lainnya. Mengenai keuntungan, Warso mengaku, bank sampah tidak mencari untung. Tujuan berdirinya bank sampah adalah untuk menyadarkan masyarakat akan lingkungannya.

"Untung pasti ada, tapi cukup untuk biaya operasional. Kalaupun ada, uang lebih itu digulirkan untuk modal. Saat didirikan, modal kami hanya Rp 5 juta, sekarang uang bergulir mencapai Rp 30 juta," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com