Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organda Anggap Wajar Sopir Angkot Naikkan Tarif Sepihak

Kompas.com - 29/03/2015, 16:56 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar sejak Sabtu (28/3/2015), langsung direspons sopir angkutan kota di Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menaikkan tarif. Hal ini mendapat protes dari para penumpang.

Seorang sopir angkot, Agus (32), mengatakan kenaikan tarif itu menyesuaikan kenaikan harga BBM karena sopir tidak mau merugi. "Bagaimana tidak dinaikkan Bang, tidak mungkin juga kami manomboki (menalangi, red) setoran mobil ini. Apalagi aku sebagai sopir serap, mau tak mau ya disesuaikan saja dengan kenaikan tarif angkot lainnya," kata Agus, Minggu (29/3/2015).

Agus mengakui kenaikan tarif itu tanpa menunggu kesepakatan antara Dinas Perhubungan dengan Organda. "Kenaikan tarif ini memang masih kebijakan kami sopir saja. Karena belum ada turun petunjuk dari Dinas Perhubungan Kota Siantar, Organda maupun pihak kepolisian," terangnya.

Penumpang pun menjadi korban dampak kebijakan sepihak ini. Salah satunya Moses Sipahutar (26), warga Jalan Bali, yang ditemui setelah baru turun dari angkot di Pasar Horas.

 "Saya kaget dengan kenaikan tarif angkot. Saya rasa pemerintah memang kurang bijak dan tidak sigap. Lantas kenapa misalnya Dinas Perhubungan atau Organda tidak antisipasi ini. Kemana mereka. Mana tanggung jawab kontrol mereka dengan kebijakan sepihak ini?" kata Moses dengan nada kesal.

Pendapat serupa datang dari Lisna (27), warga Jalan Medan. Dia menyarankan, baiknya sebelum ada kenaikan tarif ongkos dilakukan sosialisasi sehingga tidak mengejutkan penumpang. "Setidaknya ada pemberitahuan sebelumnyalah," ujar dia.

Ditemui terpisah, Sekretaris Organda Pematangsiantar, Bulus Sianipar, berpendapat kenaikan itu sesuatu yang wajar.

"Bagi Organda itu biasa saja dan biarkan saja berjalan secara natural. Masyarakat mulai membiasakan diri sajalah. Kita juga harus bisa membiasakan diri untuk mengikuti harga pasar yang ada, karena penyesuaian kenaikan BBM juga melalui mekanisme pasar dunia. Jadi secara psikologis biasakan diri lah masyarakatnya," katanya.

Bulus menambahkan, tidak mungkin juga Organda menggelar rapat dengan Dinas Perhubungan setiap kali terjadi kenaikan atau penurunan harga BBM untuk menentukan tarif angkot.

Bulus lalu menandaskan, tidak perlu ada koordinasi soal kenaikan tarif ongkos dengan para direksi dan sopir angkot. "Mengalir saja disesuaikan dengan kebutuhan mereka," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com