Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Seorang Perwira: Razia Kos-kosan, PK Sekamar dengan "Tukiman" (3)

Kompas.com - 27/03/2015, 11:00 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com — Geliat kota wisata Bandungan, Semarang, seolah tak pernah habis untuk diperbincangkan. Baru-baru ini muncul fenomena "Tukiman" atau teman laki-laki PSK yang tinggal bersama di kos-kosan sebagai pasangan hidup. Belum lagi eksodus para PSK dari kos-kosan ke kamar-kamar hotel kelas melati.

Seorang perwira polisi yang pernah bertugas di wilayah Bandungan, sebut saja Iptu AM, membagikan catatannya tentang aktivitas hiburan dan prostitusi Kota Bandungan, termasuk dari para pemandu karaoke (PK). Catatan buku harian itu sebelumnya ia sebut sebagai catatan rahasia. Berikut ini isinya:

"Langkah preventif untuk menanggulangi prostitusi di Bandungan juga kami lakukan, di antaranya razia tempat-tempat kos yang biasa dihuni para pemandu karaoke. Waktu paling tepat adalah pukul 10.00-14.00, lantaran rentang waktu tersebut biasanya para PK masih istirahat di kamar, baik sendiri-sendiri maupun dengan pasangannya.

Waktu saya bersama enam anggota lainnya menggelar razia kos di sekitar Desa Jetis. Kamar-kamar yang berjejer-jejer itu satu per satu diketuk pintunya. Ada yang langsung membuka, ada yang lama, bahkan ada yang tetap bersembunyi di dalam kamar.

Di kamar nomor 1 itu, saya ketuk pintu. Ada respons suara dari dalam. Sekitar tiga menit menunggu, pintu terbuka sedikit, ada wanita muda yang tampak bangun tidur. Kami perkenalkan diri, petugas kepolisian.

Si wanita yang masih berpakaian belum lengkap itu tampak kaget. Jaket yang dia kenakan tanpa diretsleting, hanya didekap dengan tangan sehingga ketika mempersilakan petugas masuk, jaket itu terbuka. Rambutnya awut-awutan pertanda selesai tidur.

'Dengan siapa di kamar ini?' tanya saya. 

'Sendiri, Pak!' ujarnya.

Saya tidak percaya begitu saja. Saya geledah ke kamar mandi dengan disaksikan wanita itu. Ternyata pintu masih terkunci dari dalam, berarti ada orang di dalam. Saya minta dia keluar, ternyata ada lelaki yang berada di kamar mandi.

Kami minta menunjukkan KTP atau kartu identitas. Si wanita berasal dari Kecamatan Bringin, usia 18 tahun. Si lelaki tidak bawa KTP, tertinggal di rumahnya di lingkungan Gamasan. Antara si wanita dan lelaki bukan suami istri. Hanya teman, katanya. Sudah sekitar dua bulan mereka sering sekamar. Rutinitas yang mereka jalani, jika malam si wanita kerja di tempat karaoke, si lelaki sering bertindak sebagai tukang ojek yang siap mengantarnya ke mana saja. (Baca: "Tukiman", Lelaki yang Hidup bak Suami bagi Pekerja Seks)

Kok sudah tidur bareng layaknya suami istri? Saya tidak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan hati. Yang mengagetkan saya, ternyata lelaki itu mengaku masih keponakan dari Pak Haji LM. Wah....

Ada sepeda motor Suzuki Satria yang masih baru, belum ada pelat nopolnya, diparkir di depan kamar. Itu milik si wanita. Ada STNK, tetapi nomor polisi belum dipasang karena masih dalam proses di Samsat, menunggu enam bulan.

Menurut pengakuan si wanita, motor itu merupakan motor kedua. Motor yang pertama ia bawa pulang di kampung. Banyak banget uangnya, pikir saya dalam hati." (Bersambung) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com