Mahasiswa UGM ini mengatakan, kampanye humanis ini akan berlangsung hingga satu minggu.
Sementara itu, koordinator aksi, Dell Manek Tefa, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan menggerakan para pengambil kebijakan di NTT agar segera berpikir untuk meninggalkan industri tambang yang dinilai keliru.
“Kami berharap dengan kampanye yang humanis dan penggalangan dukungan dengan basis kultural ini, para pengambil kebijakan di Provinsi NTT bisa segera berpikir mengenai kebijakan-kebijakan yang produktif dan segera meninggalkan industri ekstraktif pertambangan yang keliru,” kata Tefa.
Pada Kesempatan yang sama, koordinator umum Liga Mahasiswa Pascasarjana (LMP) NTT, Dewi Anastasia Ipah Wuwur berharap, kampanye ini menggugah mahasiswa asal NTT untuk melihat alam secara adil.
Mengenai industri ekstraktif yang berorientasi negatif, pakar Kebijakan Publik UGM asal NTT, Gabriel Lele mengatakan hal ini bertolak-belakang dengan semangat pembangunan berkelanjutan.
Gabriel mengatakan, informasi mengenai rusaknya tempat-tempat ritual adat, serta lahan pertanian dan ladang menunjukkan rendahnya keseriusan dan komitmen pemerintah daerah dalam memikirkan kesejahteraan yang sesungguhnya.