Tak beberapa lama, seseorang menawar batu yang berwarna biru tua dengan harga Rp 10.000. Namun, Kanti menyebutkan harga batu itu adalah Rp 50.000 karena menurut dia batu tersebut memiliki alur yang bagus jika digosok. Setelah nego, mereka sepakat harga batu seperti batu koral itu Rp 20.000.
"Harganya macam-macam. Ada yang Rp 10.000, ada yang Rp 20.000, ada yang Rp 50.000. Tergantung penawaran saja," tuturnya, Kamis (19/3/2015).
Kanti mengaku tidak setiap hari berjualan batu mentah di Pasar Batu Akik Tanah Merah. Biasanya, dia mengumpulkan batu yang memiliki corak dan warna dari kebunnya sendiri membutuhkan waktu tiga hari.
Meski tidak mengaku berapa pendapatannya setiap kali jualan, selama mengobrol 15 menit, Kanti sudah mengantongi uang Rp 50.000. Kanti mengaku, kebanyakan batu yang dijualnya merupakan batu buangan saat menggali sumur di kebun.
"Daripada dibuang, saya jual saja di sini. Ternyata laku. Biasanya yang ngambil perajin akik di sini. Sisanya saya jual kayak gini. Hasilnya lumayanlah," tambahnya.
Selain batu mentah untuk kerajinan akik, Kanti mulai mengumpulkan batu fosil yang ternyata banyak terdapat di kebunnya. Batu fosil kayu yang dibawanya banyak yang tidak laku.
"Kalau yang ini batu fosil dari kayu. Ini tidak laku. Panjang saya punya, saya potong. Tapi, yakin nanti laku," ungkapnya.
Perajin akik di Nunukan belum banyak yang memoles batu fosil kayu. Padahal, lanjutnya, harga jual batu fosil kayu yang dipoles bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Aco, salah satu penjual batu akik di Tanah Merah, mengaku pernah mendatangkan batu fosil kayu yang telah dipoles dari Lampung. Batu itu dijualnya seharga Rp 20 juta.
"Satu buah ukuran tinggi 30 sentimeter ini dijual Rp 20 juta. Ada lima di sini sudah diborong semua oleh orang Malaysia," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.