Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Tunanetra Ini Bisa Memanjat Pohon Kelapa dengan Posisi Terbalik

Kompas.com - 18/03/2015, 14:17 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis


MAJENE, KOMPAS.com - Nurdin (32), seorang tunanetra di Majene, Sulawesi Barat, mampu memajat puluhan pohon kelapa setiap hari dalam posisi kepala di atas kaki atau sebaliknya. Ia bahkan mampu mengenali pohon kelapa mulai dari yang berbuah, tidak berbuah sampai pohon kelapa yang sudah mati hanya dengan cara meraba dan mengetuk-ngetuk pohonnya.

Ketika ditemui, Nurdin langsung menunjukkan atraksi memanjat pohon kelapa setinggi 50 meter dengan lincah. Untuk naik ke pangkal pohon kelapa yang berbuah lebat dan berdaun rimbun. Nurdin dengan mudah memutar badan dengan posisi kepala di atas kaki untuk bisa sampai di atas tempat buah kelapa bergantung.

Nurdin bahkan mampu memutar badan di atas pohon kelapa dengan kekuatan cengkeraman tangannya. Memanjat kelapa sambil memutar badan di atas pohon kelapa biasa dilakukan Nurdin ketika buah kelapa lebat dan tak mampu dijangkau tangannya. Setelah memutar badan, dia bisa bebas memetik buah kelapa yang sudah tua atau kelapa muda pilihannya.

Memutar badan ternyata juga bisa dilakukannya saat persis berada di tengah batang pohon kelapa. Dia akan berganti-ganti posisi jika merasa lelah dengan satu gaya memanjat. Hanya saja, Nurdin kerap memilih posisi kepala di atas kaki sambil memanjat atau turun dari pohon kelapa.

Meski mahir memutar badan di atas pohon kelapa yang menjulang tinggi ke langit namun, Nurdin minta kepada sesama tukang panjat kelapa agar tak meniru gayanya jika tidak terbiasa. Pasalnya, menurut Nurdin, jika tak biasa latihan memutar badan, orang bisa jatuh dari ketinggian di atas pohon kelapa.

“Saya sejak kecil sudah biasa melakukan atraksi putar badan di atas pohon kelapa terutama jika ada buah kelapa yang sulit dijangkau tangan. Tapi yang tidak biasa melakukannya, jangan coba meniru sebab ini bisa beresiko terjatuh dari pohon,” kata Nurdin.

Nurdin mengaku tak khawatir terjatuh dari ketinggian pohon kelapa lantaran sudah terbiasa melakukannya sejak kecil. Dia juga memilih profesi sebagai “passukke anjoro” atau tukang kupas kelapa dan tukang panjat kelapa atau “patteke anjoro” hingga kini.

Dia juga memiliki kemampuan untuk mengupas sabut kelapa dengan menggunakan alat dari besi yang salah satu ujungnya runcing dan tajam dan tungkainya dibenamkan ke tanah. Nurdin tak takut sedikit pun terkena besi tajam. Padahal salah sedikit saja tangannya bisa terluka.

Untuk bekerja setiap hari, Nurdin biasanya diantar istrinya, Sutra (25). Sutra menjadi penunjuk jalan ke lokasi kebun milik warga. Sejak istrinya hamil tua, Nurdin mengaku mengurangi permintaan warga yang membutuhkan jasanya lantaran khawatir dan cemas akan kondisi keselamatan istri dan jabang bayinya.

Maklum, istri Nurdin sudah dua kali keguguran lantaran ikut bekerja keras membantu suami di tempat kerjanya. Karena tak ingin gagal lagi, Nurdin memilih mengurangi permintaan jasa dari langganannya.

Menabung

Dari pekerjaan sebagai pengupas kelapa, Nurdin mampu menafkahi keluarganya termasuk membeli rumah sederhana yang ditinggalinya bersama istrinya. Nurdin dan Sutra sendiri menikah empat tahun lalu. Meski sudah lama menikah, mereka masih menanti momongan hingga kini. Kini, istrinya tengah hamil tua.

Nurdin biasanya dibayar Rp 70 mengupas per biji kelapa. Nurdin biasanya mampu mengupas kelapa hingga 500 biji dalam tempo lima jam. Sementara itu, upahnya sebagai tukang panjat kelapa dibayar Rp 2.500 per pohon kelapa.

Dari hasil pendapatannya Rp 25.000 per hari, Rp 5.000 ditabung secara rutin tanpa sepengetahuan istrinya. Sisa Rp 15.000 diserahkan kepada istri untuk kebutuhan biaya hidup seperti membeli beras, lauk pauk dan kebutuhan lainnya.

Sementara itu, untuk membeli kebutuhan baju untuk istri dan lainnya diperoleh dari hasil tabungannya per hari. Sayangnya, profesi sebagai pengupas atau tukang panjat kelapa ini tak bisa dilakukan Nurdin setiap hari karena memang warga tak selalu meminta jasanya setiap hari.

Untuk menyambut kelahiran anaknya akhir Maret ini, Nurdin mengaku telah menyiapkan biaya bersalin, termasuk membelikan pakaian dan kebutuhan susu untuk jabang bayinya kelak dari hasil tabungannya selama setahun terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com