Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Observatorium Nasional, Pengamatan Asteroid di Indonesia Akan Berkembang

Kompas.com - 12/03/2015, 05:38 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Teknologi yang digunakan Observatorium Nasional memang belum mampu menyaingi observatorium di Amerika Serikat, Eropa, atau Jepang. Namun, observatorium yang akan didirikan di Nusa Tenggara Timur ini akan setara dengan Thailand.

"Observatorium Nasional salah satunya menggunakan teknologi teleskop optik berdiameter 3 meter serta teleskop radio berdiameter 20 meter," ujar Kepala Observatorium Bosscha, Mahasena Putra di ruang kerjanya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (11/3/2015).

Dengan teknologi tersebut, Observatorium Nasional bisa meneliti eksoplanet (planet di bintang lain/planet yang berada di luar tata surya) serta bintang-bintang variabel. Bahkan teknologi ini bisa digunakan untuk mengamati asteroid.

"Seperti asteroid yang jatuh di Soviet kemarin. Dengan alat ini kita bisa mengamati asteroid-asteroid atau patroli. Sehingga ketika asteroid akan menabrak bumi kita sudah mengetahuinya," ucapnya.

Mahasena menjelaskan, di Asia Tenggara hingga kini belum ada satu pun negara yang mengamati asteroid. Jika Observatorium Nasional mengamatinya, maka secara tidak langsung Indonesia akan menyumbang hasil patroli asteroid di dunia.

Sebenarnya, Thailand dengan teknologi yang dimiliki sekarang bisa mengamati asteroid. Hanya saja, Thailand memiliki keterbatasan peneliti. Saat ini, peneliti astronomi profesional di Thailand hanya sekitar 10-15 orang, sedangkan Indonesia memiliki sekitar 30 orang.

"Kalau dari jumlah peneliti profesional, Indonesia lebih banyak. Namun hal itu wajar karena Indonesia memiliki sejarah panjang di bidang astronomi, yakni sejak Observatorium Bosscha berdiri tahun 1923," tuturnya.

Ketika ditanya peran astronomi untuk kehidupan manusia, Mahasena mengungkapkan, pada intinya astronomi bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Namun bagi masyarakat muslim, astronomi bisa digunakan untuk penentuan hilal.

"Hilal itu bagian kecil dari astronomi. Sebenarnya peran astronomi lebih ke menjawab keingintahuan, karena keingintahuan ini jawabannya mahal harganya," ucapnya.

Berita sebelumnya, Observatorium Nasional akan didirikan di Desa Fatumonas Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Observatorium itu akan dibangun di Bukit Timau setinggi 1300 mdpl. (Baca: Observatorium Nasional Berkonsep "Remote and Robotic Telescope")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com