Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernikahan Unik Seniman Magelang di Museum

Kompas.com - 08/03/2015, 16:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com - Rona bahagia terpancar dari wajah pasangan seniman Untung Yuli Prastiawan (33) dan Swasti Handayani Putri (32). Mereka baru saja melangsungkan pernikahan, di Museum Haji Widayat, Mungkid, Kabupaten Magelang, Minggu (8/3/2015).

Pasangan ini memilih seperangkat alat lukis sebagai mahar atau mas kawin. Prosesi pernikahannya pun cukup unik dan menarik. Diawali dengan pengucapan ikrar akad nikah di dalam museum.

Mempelai pria lalu naik ke kursi yang dihias dengan klaras (dedauan kering), lalu diarak mengelilingi museum dan mengitari patung Soekarno-Hatta di jalan pertigaan depan museum. Pengaraknya, belasan pemuda yang berlumuran lumpur tanah Borobudur.

Setelah itu, mempelai pria dipertemukan dengan mempelai wanita tepat di depan museum Haji Widayat. Meraka lantas saling melempar daun sirih dan menginjak telur. Prosesi ini biasa dilakukan pada upacara pernikahan adat Jawa Tengah.

Mempelai pria lalu memberikan seperangkat alat lukis kepada mempelai wanita, berupa kanvas putih berukuran 1,5 meter x 1,5 meter dan dua kaleng cat minyak. Keduanya lalu melukis bersama dengan diiringi alunan lagu “When I Fall In Love” yang mengalun dari saxophone yang ditiup Keni.

Keduanya kemudian diarak bersama mengelilingi museum. Suasana semakin meriah dengan irama musik rebana yang mengiringi pasangan tersebut. Tak ayal, iring-iringan pengantin ini menarik perhatian warga yang melintas di jalan Mungkid-Borobudur itu.

Wawan Geni, panggilan akrab Untung Yuli Prastiawan, mengaku bahagia campur haru akhirnya bisa mempersunting kekasihnya yang sudah ia kenal sejak 2009 lalu. Wawan yang berprofesi sebagai pelukis itu mengatakan sengaja memakai seperangkat alat lukis sebagai mas kawin yang diberikan kepada mempelai wanita. Sebab, kata Wawan, alat lukis sudah menjadi bagian hidupnya sebagai perupa di Borobudur.

"Saya berikan seperangkat alat lukis kepada istri, agar ia ikut merasakan dunia itu indah. Semua baik dan buruk dunianya bisa terlukis," ucap Wawan, yang berasal dari Kauman, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, itu.

Wawan pun merasa bangga bisa melangsungkan pesta pernikahan di tempat yang menyimpan ratusan karya seni rupa Haji Widayat dan maestro-maestro seni rupa Indonesia lainnya. Terlebih, seluruh prosesi mendapat dukungan dari para seniman dari Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI).

"Saya bangga luar biasa, museum yang telah mendunia ini menjadi saksi sejarah pernikahan saya. Selain untuk mengenang almarhum Haji Widayat, saya juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa museum Haji Widayat adalah salah satu tonggak budaya dunia yang perlu dibanggakan," ungkap Wawan.

Wawan mengaku lega akhirnya bisa menjalani bahtera keluarga barunya, sejak pacaran dari tahun 2009 silam. Adapun, telur berisi cat warna yang dilempar oleh ohrang tua Putri dan Wawan, diartikan sebagai pewarna dalam mengarungi bahtera keluarga barunya itu.

Umar Chusaeni, Ketua KSBI, menambahkan konsep acara pernikahan pasangan Wawan Geni dan Putri merupakan pernikahan yang unik dan menarik karena berlangsung di museum Haji Widayatyang sudah mendunia. Selain itu sebagai seorang perupa, kata Umar, Wawan ingin menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat bahwa upacara pernikahan tidak sekadar seremonial belaka melainkan mengandung makna bahwa seniman harus membumi, menyatu dengan alam dan dekat dengan segala lapisan masyarakat. Oleh karena itu, Wawan melibatkan seniman yang berlumur lumpur tanah Borobudur.

"Borobudur juga memiliki nilai-nilai spiritual tinggi," ucap pemilik Limanjawi Art House Borobudur itu.

Menurut Umar, nuansa cokelat yang mendominasi prosesi pernikahan Wawan Geni dan Putri juga mengandung pesan bahwa sebagai seniman harus melakukan hal yang berbeda dan kreatif. Namun, tidak meninggalkan pakem dan tradisi Jawa yang sudah ada. Selain itu, Wawan dikenal sebagai pelukis yang senang menggunakan media sederhana namun unik seperti bara rokok dan arang obat nyamuk.

"Hal yang sederhana pun bisa mempunyai nilai seni yang tinggi," tutup Umar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com