Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Cari Jodoh di Pulau Kemaro Saat Cap Go Meh...

Kompas.com - 04/03/2015, 11:27 WIB
PALEMBANG, KOMPAS.com - Legenda tentang ajang mencari jodoh pada momen perayaan Cap Go Meh (hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek) di Pulau Kemaro, Kota Palembang, Sumatera Selatan, sampai sekarang masih dipercayai oleh sebagian warga keturunan Tionghoa.

Setiap tahun, saat perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di pulau yang berada di tengah Sungai Musi itu, warga Tionghoa dari penjuru Tanah Air berduyun-duyun datang ke sana. Khususnya, kaum muda-mudi yang berharap akan mendapat keberuntungan bertemu jodoh.

Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Cap Go Meh Candra Husin di Palembang, Selasa (3/3/2015) kemarin, tradisi mencari jodoh di balik perayaan Cap Gomeh telah berlangsung sejak 300 tahun silam.

Kelenteng di Pulau Kemaro dapat ditempuh dengan menggunakan sampan motor (sampan bermesin) dari dermaga PT Pusri Palembang dalam waktu tempuh lima menit. Di sana, pengunjung melakukan ritual sembahyang dan memohon kepada Sang Pencipta.

Biasanya, pemerintah setempat setiap perayaan Cap Gomeh menyediakan alat transportasi air itu bagi para pengunjung secara gratis.

Candra menuturkan, zaman dulu anak perempuan tidak boleh keluar rumah. Hanya saat perayaan Cap Gomeh mereka baru diizinkan bertemu dengan anak laki-laki untuk saling mengenal.

Salah satu pengunjung dari Jambi, Susanto mengatakan kisah atau cerita untuk dipertemukan dengan jodohnya, membuat dia datang ke kelenteng itu.

Lain lagi dengan pengunjung dari Palembang, Diah. Ia mengatakan, di Pulau Kemaro ada pohon cinta yang jika menulis nama pria idaman, maka hubungannya akan menjadi langgeng dan  menjadi jodoh.

Selain itu, ada legenda terbentuknya pulau tersebut. Seorang pemuda bernama Tan Bu An terjun ke Sungai Musi mencari guci berisi emas yang semula dikira berisi sawi dan dibuang ke sungai. Guci itu adalah pemberian orangtuanya untuk mempersunting putri Palembang bernama Siti Fatimah.

Setelah melihat kekasihnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai, sang putri pun ikut terjun ke Sungai Musi dan akhirnya sejoli itu tak pernah terlihat lagi.

Dari tempat dua sejoli ini terjun, muncullah pulau kecil yang tak tenggelam saat Sungai Musi airnya pasang sekalipun, yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Kemaro.

Menurut Candra, tradisi serta legenda inilah menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang maupun dari penjuru Tanah Air, bahkan luar negeri seperti dari Singapura, Malaysia, dan Hongkong untuk merayakan Cap Gomeh di Pulau Kemaro.

Setiap tahun perayaan Cap Gomeh, tidak kurang dari 70.000 pengunjung yang sebagian besar warga keturunan Tionghoa merayakannya.

Terlebih lagi, di Pulau Kemaro selain kelenteng, juga terdapat pagoda setinggi 45 meter yang menjadi destinasi wisata yang dicanangkan pemerintah sebagai ajang promosi Kota Palembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com