Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permukiman Baru untuk Pengungsi Sinabung Mulai Disiapkan

Kompas.com - 02/03/2015, 18:21 WIB

KABANJAHE, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten Karo, Sumatera Utara, segera membangun fasilitas umum dan sosial, seperti sekolah, tempat ibadah, dan unit layanan kesehatan, di permukiman relokasi pengungsi bencana Gunung Sinabung. Pemerintah juga menyediakan lahan pertanian masing-masing seluas 0,5 hektar untuk setiap keluarga.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Subur Tambun, Minggu (1/3), mengatakan, Pemkab Karo sedang menyiapkan penambahan fasilitas di lokasi perumahan baru pengungsi erupsi Sinabung, yakni pendirian pasar dan bangunan gedung sekolah SD serta SMP. "Hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan pengungsi Sinabung berbelanja, begitu juga anak-anak mereka bersekolah, sehingga tidak perlu jauh-jauh ke desa lain," ujarnya.

Saat ini, pemerintah dibantu prajurit TNI masih membangun permukiman relokasi bagi 1.212 warga atau 370 keluarga dari tiga desa korban bencana Sinabung di Desa Siosar, Kecamatan Tiga Panah.

Para pengungsi terdiri dari 436 jiwa atau 136 keluarga Desa Sukameriah, 445 jiwa atau 131 keluarga Desa Simacem, dan 331 jiwa atau 103 keluarga Desa Bekerah. Tiga desa itu berada pada radius tiga kilometer dari kawah Sinabung yang menjadi jalur aliran lava dan awan panas. Untuk itu, wilayah tersebut tidak mungkin dihuni lagi.

Menurut Subur, pembangunan permukiman relokasi di lahan seluas 458,88 hektar (ha) terus dikebut. Sebanyak 50 rumah sudah rampung dan ditargetkan pada Juni 103 unit selesai dibangun. Rumah-rumah bagi pengungsi erupsi Sinabung saat ini sudah dilengkapi fasilitas listrik dan air.

Selain itu, jalan-jalan di dalam areal permukiman relokasi kini sudah diperkeras. Demikian halnya dengan infrastruktur menuju permukiman. Total jalan yang akan diperkeras 9,2 kilometer.

Wakil Ketua DPRD Karo Efendi Sinukaban mendesak perusahaan pemegang izin penebangan kayu di hutan produksi Siosar segera merampungkan proyek penebangan pohon pinus selambatnya 2,5 bulan ke depan. Pembukaan lahan tersebut untuk keperluan areal permukiman dan pertanian pengungsi.

Lahan pertanian sewa

Subur menegaskan, fasilitas umum dan sosial sangat penting menunjang kehidupan pengungsi di tempat baru. Pasalnya, jarak permukiman relokasi yang berada lebih dari 30 kilometer dari puncak Sinabung terpisah cukup jauh dari kawasan permukiman penduduk lain.

"Permukiman baru ini berjarak sekitar 10 kilometer dari fasilitas umum terdekat. Untuk itu, harus dibangun fasilitas mandiri di permukiman relokasi itu. Sebelum serah terima rumah pada Juni atau Juli, fasilitas-fasilitas, seperti pasar, tempat ibadah, dan sekolah, ini diharapkan sudah siap," ujar Subur.

Terkait pemulihan perekonomian pengungsi, Sekda Pemkab Karo Saberina mengatakan telah menyediakan lahan seluas 185 ha bagi 370 keluarga yang akan menempati permukiman relokasi. Saat ini, lahan yang sebelumnya hutan pinus itu masih dibuka dan diratakan. "Masing-masing keluarga bisa menggarap lahan seluas 0,5 ha dengan sistem sewa. Sistem sewa diterapkan supaya penduduk nanti memiliki semangat untuk bekerja demi membayar sewa," tuturnya.

Pemkab juga membekali para pengungsi dengan keterampilan usaha agar mereka tetap bisa bekerja selagi hasil lahan pertanian di permukiman baru belum bisa diandalkan. Keterampilan itu seperti menjahit, kerajinan tangan, dan pembenihan tanaman organik.

Selain itu, BNPB dan Pemkab Karo juga telah mengusul¬kan rancangan penanga¬nan masyarakat terdampak de¬ngan total anggaran Rp 713,8 miliar. Namun, ang¬garan itu belum terealisasi hingga tahun ini.

"Kemungkinan akan cair pada 2016. Anggaran itu difokuskan untuk pembangunan kapasitas pengungsi, pelatihan industri rumahan, pertanian, hingga peternakan. Anggaran juga akan digunakan untuk rehabilitasi sekolah yang rusak," ujarnya.

Sementara itu, Komandan Satuan Tugas Tanggap Darurat Bencana Erupsi Sinabung Letkol (Inf) Asep Sukarna mengatakan, pemulangan 2.443 jiwa atau 795 keluarga pengungsi dari Desa Sigarang-garang dan Sukanalu, Kecamatan Namanteran, yang tertunda, menurut rencana, akan dipulangkan pekan ini. Pemulangan pengungsi tertunda beberapa kali karena dana cash for work atau dana padat karya untuk rehabilitasi lahan pertanian warga belum cair.

Anggaran Rp 50.000 per keluarga per hari untuk jangka waktu dua bulan akan diberikan kepada warga sebagai upah mengolah lahan pertanian yang rusak akibat abu vulkanik. TNI dan Pemkab Karo pun telah menyiapkan kendaraan untuk mengangkut pengungsi. (GRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com