Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival demi Burung Maleo dan Penyu...

Kompas.com - 02/03/2015, 09:43 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

BANGGAI, KOMPAS.com - Para penggiat konservasi maleo dan penyu yang tergabung dalam Aliansi Konservasi Tompotika (AlTo) menggelar Festival International Maleo dan Penyu Tompotika sejak 21 Februari hingga 3 Maret 2015 di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Direktur AlTo Marcy Summers mengatakan, festival tersebut digelar sebagai bagian dari upaya pelibatan masyarakat dalam melestarikan kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Banggai.

"Kami hadir di sini agar masyarakat bisa menghargai keistimewaan penyu dan maleo dan mereka juga ikut terlibat dalam upaya pelestarian," ujar Marcy, Senin (3/2/2015).

Selama dua pekan, Tim Alto berkeliling ke desa-desa yang berada di wilayah Tompotika yang merupakan habitat maleo dan penyu. Ketika berada di desa yang dituju, mereka menggelar berbagai kegiatan yang tujuannya menyosialisasikan pentingnya upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Koordinator Program Konservasi AlTo Noval Suling menjelaskan, desa-desa yang didatangi adalah Bualemo, Taima, Pangkalaseang, Teku, Balantak, serta pada hari terakhir festival digelar di Luwuk.

"Di setiap lokasi yang kami datangi kami menggelar pentas drama yang menceritakan kisah penyelamatan maleo dan penyu, lalu ada pula stan mewarnai bagi anak-anak, melukis wajah, pameran foto alam liar Sulawesi, pameran kegiatan AlTo, permainan musik serta berbagai workshop yang ditujukan bagi anak-anak dan pelajar," tambah Noval.

Kegiatan yang menyasar usia anak serta siswa ini juga melakukan pendekatan lewat lomba menulis cerpen dan essai mengenai maleo, lomba pemanfaatan limbah daur ulang serta workshop pembuatan lentera.

Alhasil, ketika digelar di lapangan di desa yang dituju, ribuan warga ikut hadir dan melibatkan diri. Ka Tuu (60), warga Desa Bualemo yang ditemui Kompas.com saat festival digelar di Lapangan Bualemo mengaku baru sadar, wilayah mereka memiliki kekayaan alam yang luar biasa saat AITo hadir.

"Dulu masyarakat di sini banyak yang suka ambil telur maleo dan penyu di Taima, tapi sekarang sudah tidak, kami sudah sadar sejak mereka beritahu bahwa itu perlu dijaga," kata Ka Tuu.

Beberapa warga Bualemo juga mengaku senang dengan kegiatan yang digelar oleh AlTo, sebab dengan demikian anak-anak mereka menjadi tahu apa yang seharusnya dilakukan demi pelestarian keanekaragaman hayati yang ada di Tompotika.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Sepasang Maleo (Macrocephalon maleo) sedang menggali lubang untuk meletakkan telurnya di nesting ground Muara Pusian, Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow.
Maleo terancam punah
Burung maleo (marcocephalon maleo) adalah spesies hewan khas ekosistem Wallacea yang endemik Sulawesi. Dulunya maleo bisa ditemui dengan mudah di beberapa wilayah Sulawesi. Namun karena ancaman predator yang tinggi terutama pengambilan telur oleh manusia, maleo kini bahkan telah punah secara lokal di beberapa wilayah Sulawesi. (Baca: Maleo, si Cantik yang Terancam Punah...)

Ancaman kepunahan dari burung unik dengan tonjolan atau jambul keras berwarna hitam ini membuat maleo dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Burung maleo juga masuk dalam kategori endangered pada daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan daftar Appendix 1 dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

Manager Program Alto Agustian Laya menjelaskan bahwa sejak 2006, AlTo berupaya melakukan monitoring dan upaya penyelamatan spesies maleo yang ada di Libuun, Desa Taima, Kecamatan Bualemo, Banggai.

"Di Libuun, kami mencoba memproteksi tempat bertelur maleo dari ancaman pengambilan telur yang dulunya marak dilakukan oleh masyarakat," kata Agustian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com