Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras Mahal, Nenek Rahma Konsumsi Nasi Basi dari Tetangga

Kompas.com - 02/03/2015, 09:07 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Mahalnya harga beras membuat Mbak Rahma (70) warga Lingkungan Jagalan, Kecamatan Rogojampi, mengonsumsi nasi aking, yaitu nasi basi yang dijemur lalu dimasak lagi.

Rahma mendapatkan nasi basi tersebut dari sisa nasi milik tetangganya. "Mau beli beras sudah mahal," kata janda yang tinggal seorang diri saat ditemui Kompas.com, Senin (2/3/2015).

Walaupun sudah berusia renta, dia mengaku masih bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari dengan mencari barang rongsokan yang kemudian dijual. "Sehari dapat uang antara Rp 5.000-10.000. Kalau sakit ya enggak kerja dan enggak dapat uang," kata dia dengan ramah.

Nasi aking yang dimakannya, diolah sendiri dengan mengumpulkan nasi basi milik tetangga. Lalu nasi tersebut ia jemur di depan rumahnya dengan bantuan papan kayu. Sebelum ditanak, ia masih harus mencuci nasi aking berkali-kali agar bersih.

Rahma mengaku agar terasa enak, dia mencampur nasi aking dengan parutan kelapa dan garam. "Kalau ada lauk yang dimakan, kalau enggak ada ya nasi ini aja. Bersyukur masih bisa makan," tutur dia.

Menurut Rahma, jika ia tidak punya uang sama sekali, ia menjual nasi aking miliknya seharga Rp 2.500 per kilogram. "Kalau jual nasi aking paling banyak ya tiga kilo," ungkapnya.

Ia bercerita, suaminya sudah meninggal dunia. Rahma pun mempunyai satu orang anak yang kini merantau ke Sumatera. "Anak saya sudah enggak ada kabarnya. Kadang-kadang kangen sama dia. Tapi gimana lagi," ungkap Rahma.

Perempuan tua ini mengaku mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebesar Rp 400 ribu, dan dia gunakan untuk menyewa tanah untuk tempat ia tinggal saat ini. "Dapat uang tapi buat bayar sewa tanah ini. Rp 400 ribu per tahun. Ini rumah saya, tapi tanahnya numpang," ujar dia.

Rahma juga masih harus mengeluarkan uang untuk membeli minyak tanah untuk kayu bakar yang ia gunakan untuk memasak. "Harganya seliter antara Rp 16.000-20.000. Pakainya sedikit sedikit biar enggak cepet habis," kata dia.

Tidak sendiri
Bukan hanya Mbah Rahma yang mengkonsumsi nasi aking, tetangganya yaitu Mbah Sonah (80) juga memilih nasi aking sebagai makanan sehari-hari. Ia saat ini tinggal dengan dua cucunya, sedangkan anaknya bekerja sebagai nelayan dan tinggal di Banyuwangi selatan. "Mau beli beras mahal jadi saya ya makan nasi sisa. Kalau di sini namanya nasi karak," kata Sonah.

Selain mendapatkan nasi basi dari para tetangganya, Sonah mengaku sering mendapatkan nasi basi saat mencuci di sungai. "Saya heran kok banyak orang yang buang-buang nasi. Saya sering dapat nasi dimasukkan di plastik lalu dibuang di sungai sama orang-orang. Biasanya saya bawa pulang. Saya jemur dan saya masak lagi buat makan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com