Wa Andi (53), seorang ibu rumah tangga warga Batulo, Kecamatan Wolio, menjelaskan, kenaikan harga beras membuat beban biaya semakin tinggi. Menurut dia, harga beras di pasar mencapai Rp 9.500 per liter dari sebelumnya Rp 7.000 per liter. Wa Andi mengaku bingung. Pasalnya, pemerintah sudah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), tetapi harga kebutuhan pokok malah terus naik.
"Pusing. Sekarang apa-apa mahal," keluh Wa Andi.
Meski harga beras naik, ibu dua anak ini tetap membelinya. Dengan kenaikan harga ini, Wa Andi pun membandingkan era kepemimpinan SBY dengan Jokowi.
"Mana Jokowi, katanya presiden pilihan rakyat, pro-rakyat, tetapi harga mahal semua. Dulu, zaman SBY tidak seperti ini," ungkapnya.
Maisa (50), salah seorang pedagang beras di pasar Wameo Bau-Bau, mengatakan, kenaikan harga beras di Bau-Bau sudah terjadi sejak tiga bulan. Dia mengaku terpaksa menaikkan harga lantaran agen yang memasok beras turut menaikkan harga.
"Mau diapa mi, diprotes sama pembeli kenapa mahal kita jual, tapi sudah dijelaskan harganya sudah seperti itu," ujar Maisa.
Hal senada juga diungkapkan Syahrul Lukman, pemilik agen beras di kawasan Pantai Kamali, UD Sinar Kabaena. Kenaikan harga beras, lanjut Syahrul, sudah terjadi sejak Desember 2014 lalu, akibat minimnya pasokan beras dari wilayah Bone, Sulawesi Selatan. Sebelum kenaikan harga, dalam sebulan, ia bisa menyuplai beras kepada para pedagang sampai 35 ton. Namun, pasokan berasnya kini hanya berkisar 20 ton.
"Stok beras kurang, sementara permintaan ada terus. Dari penyuplai di Bone, panen masih sedikit. Diperkirakan pada Maret dan April harga beras normal, setelah panen padi," terangnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.