Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu, Zaman SBY Tidak seperti Ini"

Kompas.com - 27/02/2015, 22:16 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com — Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara (Sultra), terus merangkak naik. Akibatnya, para pembeli, khususnya ibu rumah tangga, tambah pusing.

Wa Andi (53), seorang ibu rumah tangga warga Batulo, Kecamatan Wolio, menjelaskan, kenaikan harga beras membuat beban biaya semakin tinggi. Menurut dia, harga beras di pasar mencapai Rp 9.500 per liter dari sebelumnya Rp 7.000 per liter. Wa Andi mengaku bingung. Pasalnya, pemerintah sudah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), tetapi harga kebutuhan pokok malah terus naik. 

"Pusing. Sekarang apa-apa mahal," keluh Wa Andi.

Meski harga beras naik, ibu dua anak ini tetap membelinya. Dengan kenaikan harga ini, Wa Andi pun membandingkan era kepemimpinan SBY dengan Jokowi.

"Mana Jokowi, katanya presiden pilihan rakyat, pro-rakyat, tetapi harga mahal semua. Dulu, zaman SBY tidak seperti ini," ungkapnya.

Maisa (50), salah seorang pedagang beras di pasar Wameo Bau-Bau, mengatakan, kenaikan harga beras di Bau-Bau sudah terjadi sejak tiga bulan. Dia mengaku terpaksa menaikkan harga lantaran agen yang memasok beras turut menaikkan harga. 

"Mau diapa mi, diprotes sama pembeli kenapa mahal kita jual, tapi sudah dijelaskan harganya sudah seperti itu," ujar Maisa.

Hal senada juga diungkapkan Syahrul Lukman, pemilik agen beras di kawasan Pantai Kamali, UD Sinar Kabaena. Kenaikan harga beras, lanjut Syahrul, sudah terjadi sejak Desember 2014 lalu, akibat minimnya pasokan beras dari wilayah Bone, Sulawesi Selatan. Sebelum kenaikan harga, dalam sebulan, ia bisa menyuplai beras kepada para pedagang sampai 35 ton. Namun, pasokan berasnya kini hanya berkisar 20 ton.

"Stok beras kurang, sementara permintaan ada terus. Dari penyuplai di Bone, panen masih sedikit. Diperkirakan pada Maret dan April harga beras normal, setelah panen padi," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com