Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bripda Eka, Polwan yang "Nyambi" Jadi Tukang Tambal Ban (2)

Kompas.com - 26/02/2015, 16:04 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com — Bengkel tambal ban sekaligus rumah yang ditinggali Bripda Eka Yuli Andini (19) bersama keluarganya terbilang kurang layak. Rumah yang terletak di Jalan Veteran, Pasar Sapi, Salatiga, ini hanya berukuran 6 x 6 meter. Dindingnya dari papan dan lantai plesteran menghitam akibat ceceran oli. (Baca: Kisah Bripda Eka, Polwan yang "Nyambi" Jadi Tukang Tambal Ban (1))

Di rumah itu, ada dua kamar berpintu gorden yang menjadi tempat istirahat Eka bersama adik dan kedua orangtuanya. Tidak ada ruang tamu atau ruang keluarga di sana. Kamar tidur tanpa ventilasi itu langsung berbatasan dengan ruang tamu yang penuh dengan peralatan bengkel dan onderdil kendaraan.

Rumah kontrakan Bripda Eka juga tidak mempunyai halaman. Teras berukuran 2 x 3 meter difungsikan sebagai tempat kerja ayahnya untuk menambal ban. Tempat itu langsung berbatasan dengan trotoar jalan raya.

"Rumah ini kontrak per tahunnya Rp 2 juta, kata ibu. Selama tinggal di sini, pernah kebanjiran tiga kali. Air saat itu meninggi selutut," kata Bripda Eka yang ditemui, Rabu (25/2/2015) sore.

DOKUMENTASI PRIBADI Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota Sabhara Polresta Salatiga
Kena tipu

Memang, di rumah itu terlihat beberapa bagian atap rumah yang bocor. Kebetulan saat Kompas.com berkunjung ke sana, hujan turun sangat deras. Saat melongok ke atas, terlihat banyak kayu yang sudah lapuk dan beberapa genting ada yang melorot. "Kami pindah di sini tahun 2005. Saat itu, saya masih kelas III SD. Ceritanya kami ditipu," ujar Eka.

Menurut Eka, kedua orangtuanya, Sabirin (49) dan Darwanti (40), dulu mempunyai sebuah rumah di Kebonsari, Kalicacing, Salatiga. Rumah itu ditinggali bersama dengan kakek Eka. Namun, sepeninggal sang kakek, keluarga Sabirin terpaksa angkat kaki dari rumah itu lantaran ada pihak ketiga yang mengklaim memiliki rumah tersebut.

"Rumah kami sudah diambil orang karena kena tipu. Kata ibu, dulu rumah itu dibeli oleh Mbah (kakek). Tapi, sayangnya, karena orang zaman dulu, jual belinya antar-dua orang tidak pakai surat-surat. Saat kakek meninggal tahun 2005, kami diusir," kenang Eka.

Tidak terasa, hampir 10 tahun, Eka dan keluarganya menempati rumah kontrakan sekaligus tempat ayahnya mengais rezeki. Namun, kenangan akan rumah lamanya di Kebonsari masih teringat sampai sekarang. "Sampai-sampai, bapak menamai bengkel ini Bonsa. Itu diambil dari nama kampung kami dulu, Kebonsari," tutur Eka.

"Tapi, kami sudah ikhlaskan, insya Allah mau beli rumah kalau uangnya sudah cukup," kata Eka sambil tersenyum.

Kini, Eka hanya berharap dengan penghasilannya sebagai polisi, kondisi perekonomian keluarganya dapat terbantu. Sejak dua bulan bertugas menjadi anggota Sabhara Polresta Salatiga, Eka mengaku sudah sekali menerima gaji, yang seluruhnya diserahkan kepada sang ibu. "Belum lama ini terima, dirapel (dua bulan)," kata Eka lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com