Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bripda Eka, Polwan yang "Nyambi" Jadi Tukang Tambal Ban (1)

Kompas.com - 26/02/2015, 09:42 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com — Menjadi polisi bukanlah impian Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota Sabhara Polresta Salatiga. Dengan ayah yang hanya seorang tukang tambal ban dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa, rasanya sulit bagi sulung dua bersaudara dari pasangan Sabirin (49) dan Darwanti (40) ini untuk menjadi polisi.

Dengan pendapatan ayah yang pas-pasan, bisa mengenyam pendidikan SMK saja sudah merupakan anugerah buat Eka. Terlebih lagi, sudah menjadi anggapan masyarakat, menjadi polisi membutuhkan uang yang banyak.

"Awalnya, bapak ibu sempat mikir-mikir, takut kalau dikenai biaya. Kalau orang umum mandangnya kan harus bayar berapa ratus juta gitu kan?" kata Bripda Eka, saat ditemui Kompas.com, Rabu (25/2/2015) sore, di bengkel milik ayahnya, di Jalan Veteran, simpang empat Pasar Sapi, Kota Salatiga, Jawa Tengah.

Ketertarikan Eka menjadi polisi berawal dari sosialisasi penerimaan polwan yang dilakukan oleh Polresta Salatiga di SMKN 2 Salatiga, tempatnya sekolah. Saat itu, disampaikan bahwa menjadi polisi tidak dipungut biaya. Ada perasaan bimbang antara mendaftar sebagai polwan atau mewujudkan cita-citanya bekerja di dunia broadcasting sesuai jurusan yang diambilnya di SMK, yakni Teknik Komputer dan Jaringan.

"Saya kepenginnya kerja di broadcasting di televisi nasional karena saya suka animasi dan editing. Tapi, saat ada sosialisasi penerimaan polwan dikatakan gratis, dalam hati, saya pengen juga jadi polisi," kata dia.

Awalnya, Eka mengaku tidak percaya diri karena hanya memiliki tinggi badan 156 sentimeter. Namun, karena dorongan kuat dari teman-teman satu sekolah dan guru-gurunya, akhirnya Eka memberanikan diri mengikuti proses seleksi Secaba Polri di Semarang.

"Akhirnya daftar juga meskipun sempat minder karena tinggi badan saya ngepres. Saat itu, saya daftar bareng satu sekolah ada 20 orang. Alhamdulillah, ada dua yang diterima, salah satunya saya," ujar Eka.

Tidak hanya lolos sebagai calon anggota polwan saat itu, Bripda Eka juga termasuk siswa yang berprestasi selama menjalani pendidikan Sekolah Calon Bintara (Secaba) di Pusdik Binmas Lemdikpol, Banyubiru, Ambarawa. Dia meraih prestasi peringkat ketujuh dari 7.000 peserta saat pendidikan kepolisian se-Indonesia tersebut.

"Motivasi saya hanya satu, ingin membantu ekonomi keluarga dan mengangkat derajat orangtua," kata dia.

Saat ini, di sela kesibukannya berdinas di Kesatuan Sabhara Polresta Salatiga, Bripda Eka tetap tidak melupakan tugasnya membantu pekerjaan orangtua sebagai penambal ban. Terlebih lagi, ayahnya saat ini baru dirawat di RSUD Salatiga karena menderita kanker paru-paru.

"Saya bergantian dengan adik dan ibu saya menjaga ayah di rumah sakit. Kalau ada yang nambal ban atau isi angin, tetap saya layani," ujar Eka. (Bersambung)

Baca: Kisah Bripda Eka, Polwan yang "Nyambi" Jadi Tukang Tambal Ban (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com