Setidaknya 250 pohon klengkeng ditanam di lahan seluas 1,5 hektar milik bengkok kepala Desa Borobudur. Seluruh pengelolaannya ditangani oleh Badan Umum Milik Desa (BUMDes) Graha Mandala Desa Borobudur.
Jamari, Direktur Utama BUMDes Graha Mandala Borobudur, menjelaskan, pengembangan klengkeng jenis Itoh di wilayah ini bukan tanpa alasan. Sebab, klengkeng Itoh memiliki sejumlah keunggulan dibanding jenis lainnya. Antara lain, rasa daging buah lebih tebal dan manis serta memiliki biji yang kecil.
"Panennya juga lebih cepat berkisar antara 2,5 - 3 tahun saja. Bahkan, (masa panen) bisa disesuaikan dengan keinginan, bisa lebih cepat menggunakan pupuk organik tertentu. Keuntungan rata-rata mencapai Rp 64 juta per 100 pohon," ujar Jamari, seusai penanaman Budidaya Tanaman Klengkeng Itoh Super Borobudur di Borobudur, Selasa (24/2/2015).
Jamari melanjutkan, tujuan budidaya ini juga untuk meningkatkan produktivitas lahan di kawasan Borobudur, khususnya lahan pertanian nonpangan agar menghasilkan produk pertanian yang bernilai jual tinggi, sehingga diharapkan dapat memunculkan buah-buahan klengkeng khas Borobudur.
"Kami juga ingin menangkap peluang pengunjung Candi Borobudur meningkat 3,5 juta orang per tahun. Ke depan budidaya buah ini bisa dijadikan peluang bisnis seperti paket wisata menikmati dan petik buah sendiri di Borobudur," ungkap Jamari.
Sementara itu, Isto Suwarno, pengembang klengkeng Itoh, mengaku siap memberikan pendampingan serta pelatihan kepada para petani Borobudur. Isto juga optimistis budidaya salah satu buah eksotis Indonesia ini bisa meningkatkan pendapatan warga Borobudur dan sekitarnya.
"Kami sangat yakin, tanaman ini akan mampu meningkatkan pendapatan warga. Jika sudah produksi, satu pohon rata-rata bisa menghasilkan Rp 2 juta bahkan lebih. Padahal, selama 1,5 tahun, tanaman ini bisa berbuah dua kali dan bisa diatur kapan berbuahnya,” jelas Isto.
Budidaya klengkeng Itoh Super Borobudur pun mendapat sambutan positif dari Bupati Magelang Zaenal Arifin. Zaenal mengatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan pemetaan potensi produk pertanianan dan perkebunan di wilayah Borobudur.
"Bukan tidak mungkin, Borobudur akan jadi lokasi percontohan tanaman klengkeng. Kalau di Srumbung ada salak nglumut dan beberapa kecamatan di sekitar Gunung Sumbing, Andong, Merbabu dan Merapi, menjadi sentra sayuran, kenapa borobudur tidak jadi sentra tanaman perkebunan?” tanya Zaenal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.